Harga diri dinilai dari iman dan akhlak
Alhamdulillah, syukur luar biasa ku panjatkan kepamu ya Robb, karena nikmat dan karunia-Mu hambamu ini masih dapat menyapa sobat-sobat sekalian dan sekaligus berbagi kisah seorang lelaki yang tidak punya apa-apa mampu membuat Rasulullah Saw merasa kehilangannya.
Kisah ini menceritakan seorang lelaki yng miskin lagi papa. Ia mengenakan pakian yang sudah using lagi dekil, perutnya kosong, dan tidak beralas kaki. Ia tidak diketahui nasabnya, tidak punya kedudukan, harta, dan tidak punya keluarga, dia tidak mempunyai rumah tempat untuk berteduh, tidak punya perabotan maupun barang.
Ia minum dari kolam umum bersama dengan orang-orang lain yang mendatanginya dengan kedua telapak tangan dan beralaskan pasir. Akan tetapi, dia adalah seorang yang rajin berdzikir menyebut nama Tuhannya dan membaca Kitab-Nya lagi tidak pernah absen dari shaff pertama, baik dalam sholat maupun di medan pertempuran.
Suatu hari berlalu di hadapan Rasulullah Saw, lanjut beliau memanggilnya dengan menyebut namanya: “Hai Julaibab, mengapa kamu tidak menikah?” Julaibab menjawab: “Wahai Rasulullah, siapakah yang mau menikah denganku yang tanpa harta dan tanpa kedudukn ini?”
Pada hari yang lain julaibabpun berlalu lagi dihadapan Rasulullah, dan Rasulullah menanyakan hal yang sama dan Julaibabpun menjawab dengan hal yang sama pula. Selanjutnya pada pertemuan ketiga beliau mengulangi lagi pertanyaannya dan Julaibab menjawabnya dengan jawaban yang sama dengan sebelumnya.
Akhirnya, Rasulullah Saw memerintahkan kepada Julaibab untuk pergi ke rumah si Fulan seorang Anshar dan menyampaikan berita ini kepadanya: “Rasulullah mengirim salam buatmu dan meminta kepadamu agar menikahkanku dengan anak perempuanmu.”
Orang Anshar tersebut berasal dari keluarga yang terpandang dan terhormat, maka dia menjawab: “Salam kembali untuk Rasullah Saw, tetapi bagaimana aku akan menikahkanmu dengan anakku perempuanku, hai julaibab, sedang kamu tidak punya uang bahkan kedudukan.
Lantas anak perempuan yang beriman pun mendengar berita ini dan berkata kepada orang tuanya: “Pantaskah ayah dan ibu menolak permintaan Rasullah Saw? Tidak, demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya.”
Akhirnya, berlangsunglah pernikahan yang diberi barakah dan bahagia yang dikaruniai keturunan yang barakah pula karena rumah tangga yang dibangun atas landasan taqwa kepada Allah dan ridha-Nya.
Ketika seruan jihad dikumandangankan, Julaibab ikut dalam peperangan dan berhasil membunuh tujuh orang kafir sebelum ia sendiri gugur dalam pertempuran dijalan Allah dengan tubuh tergeletak di tanah dalam keadaan ridha kepada Allah Swt dan kepada Rasul-Nya serta terhadap prinsip yang dibelanya hingga dia gugur.
Rasulullah Saw pun memeriksa orang-orang dan para sahabat mengumumkan nama-nama mereka yang gugur. Akan tetapi mereka lupa kepada Julaibab sehingga namanya tidak tersebut karena Julaibab bukan orang terpandang lagi berkedudukan namun Rasulullah Saw Ingat terhadap Julaibab dan merasa kehilangan, setelah diperiksa rupanya Julaibab gugur dalam pertempuran dalam keadaan tertutup pasir
Sobat sekalian, sungguh luar biasa sosok Julaibab ini yang tanpa harta ataupu kedudukan dapat meraih kebahagiaan sejati dan ketika akhir hidupnya rasulullah merasa kehilangan akan sosok Julaibab.
Subhanallah
Kisah diatas memberi banyak gambaran kepada kita bahwa keimanan dan ketaqwaan dapat menghantarkan kita kepada kebahagiaan yang hakiki dan menjujung tinggi harga diri, karena sesungguhnya harga diri dinilai dari iman dan taqwa.
Rasa syukur atas karunia dan nikmat yang telah diberikan dapat membawa kita ke karuni yang selanjutnya, yang tentunya karunia luarbiasa yang sedang menanti kita.
Kemiskinan, kedudukan, tidak terkenal bukanlah menjadi factor untuk dapat meraih sebuah prestasi
diambil dari sebuah buku karangan Dr. Aidh bin Abdullah Al-Qarni
Subhannallah sungguhh mulianya julaibab, sampai2 rosullalah sngat kehilangannya..
BalasHapustingkatkan iman dan taqwa agar harga diri qt dinilai allah swt..
benar sob
BalasHapusbukan semata karena harta dan bukanpula karena kedudukan
namun karena keimanan dan ketaqwaan kita yang menjadi tolok ukur harga diri kita
tapi banyak yang menilai harga dirinya dari sebuah pangkat & harta yang mereka punya,padahal semua itu adalah titipan yang menjadi amanah kelak diakhirat akan diminta pertanggung jawabannya
BalasHapusandy@ itulah akhir zaman
BalasHapusdikala ada pengawas semua menjadi amanah namun dikala lengah menjadi aman ah
Subhanallah seandainya sosok Julaibab itu bisa di tiru oleh terutama saya,, insyaallah,,
BalasHapusterharu sekali betapa mulia hati Julaibab, sungguh sungguh sungguh aku tersentuh,,, :)
BalasHapusal kahfi@ subhanallah jika setiap orang mengidamkan saja, luar biasa perubahan yang terjadi
BalasHapusapalagi sampai meniru, subhanallah sekali
semangat akhi
pasti bisa
Kemiskinan, kedudukan, tidak terkenal bukanlah menjadi factor untuk dapat meraih sebuah prestasi
BalasHapussaya setuju dengan itu
jangan lupa mampir and follow
BalasHapusJohn Terro @ wajib setuju mas bro
BalasHapushehehehe......
BAYU KURNIAWAN @ Insyallah sob
Ke TKP.........
anisayu @ semoga kita semua dapat menjadi seseorang seperti julaibab
BalasHapusamin
bahan renungan yang bagus.....
BalasHapusIndonesia Ku @ terimakasih sob
BalasHapus