Namun dengan seiring perkembangan zaman, gamelan mulai tergerus dengan kehadiran alat music yang lebih mengedepankan teknologi.
Tak khayal Gamelan yang merupakan Asli Budaya Indonesia, Mulai hilang begitu saja karena para penerus tak peduli dengan budaya sendiri.
Berbeda dengan pria satu ini, beliau tetap memepertahankan seni Gamelan bahkan sampai keluar negeri.
Pria bernama lengkap Dwiono Hermantoro ini adalah seorang dosen yang mengajarkan para mahasiswanya untuk bermain gamelan dengan baik dan benar.
Yang menarik, dia adalah dosen gamelan untuk para mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Kuala Lumpur, Malaysia. Siswanya pun adalah warga negara Malaysia.
Saat ini, Herman adalah pensyarah Tamu di Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) atau kalau di Indonesia disebut sebagai dosen tamu sejak bulan Juli 2011.
Sebelumnya, dia sempat menjadi karyawan tamu dari unit kebudayaan Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Keberadaannya di UTM berlangsung sejak 1997 hingga 2010. Di tempat tersebut selain mengajar gamelan, juga menjadi pembina paduan suara dan menyanyi keroncong.
Sebagai dosen, tentunya dia harus memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada para siswanya. Ia menjelaskan secara detail apa itu gamelan, bagaimana asal-usulnya termasuk siapa saja yang menggunakan gamelan di jaman dulunya.
"Saya selalu terangkan kepada para siswa agar mereka faham mengenai asal-usul kesenian tersebut dari Indonesia," ungkap pria yang dilahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat tahun 1951 itu.
Karena kesenian seperti gamelan juga ada di Malaysia, para mahasiswanya pun merasa kesenian tersebut juga menjadi bagian dari budaya mereka.
Perlu juga diketahui bahwa gamelan di Malaysia juga sudah dikenal sejak dulu bahkan sebelum terbentuknya dua negara, Indonesia dan Malaysia.
Herman bercerita bahwa gamelan bisa saja dibawa sejak kerajaan Nusantara ini membantu kerajaan yang ada di Melaka. Contohnya Patih Unus yang terkenal itu dulu ikut mengusir penjajah dari Melaka.
Bisa juga dibawa oleh para pekerja ladang yang dulunya didatangkan untuk bekerja di kebun-kebun di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia.
Di negara ini, ungkap dia, tidak hanya gamelan yang dipelajari dan diajarkan di perguruan tinggi mereka, tapi juga kesenian seperti reog ponorogo (kalau di Malaysia disebut barongan), calempong (talempong) dan lainnya.
"Mereka senang dan bangga bisa memainkannya dan tidak merasa kuno ataupun ketinggalan jaman mempelajari kesenian tersebut. Ini yang beda di Tanah Air kita, kalau ada masyarakat yang menekuni kesenian tradisional dianggap kuno," katanya.
Apalagi, pemerintah Malaysia memberi dukungan penuh untuk kesenian tradisional tersebut dan hampir di setiap perguruan tinggi ada pelajaran tentang kesenian-kesenian ini.
"Sungguh menarik, di setiap perguruan tinggi di negara ini pasti memiliki gamelan. Alat kesenian ini biasanya dimainkan untuk menyambut para wisudawan, kedatangan tamu ataupun pada prosesi wisudanya," ungkap pria yang dulu juga pernah menjadi guru musik di Medan, Sumatera Utara dan Padang, Sumatera Barat.
Sobat, Sungguh tercengang melihat kenyataan ini Kenapa Negara lain yang lebih ingin tau dan mempelajari budaya kita dari pada kita sendiri yang jelas jelas kebudayaan kita namun seolah kita menutup mata.
Bayangkan Gamelan, Reog dimasukkan ke dalam Kurikulum sedangkan kita yang diwarisi budaya tersebut, membiarkan budaya tersebut hilang perlahan lahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar