Jumat, 29 November 2013

Foto Hot Siti Badriah No Sensor





Lagi-lagi kasus FOTO BUGIL selebriti Indonesia menghebohkan publik. Kali ini, giliran foto bugil mirip pelantun tembang dangdut 'Berondong Tua', Siti Badriah, yang beredar di Facebook dan Twitter.

Sebanyak tiga foto syur yang beredar di jejaring sosial pun menjadi tontonan gratis publik. 

Pada foto pertama, tampak jelas memperlihatkan wanita yang mirip Siti Badriah sedang berpose bugil sambil membelakangi kamera.

Sedangkan dua foto lainnya, tampak setengah bugil sedang berbaring diatas tempat tidur. Foto telanjang yang diambil dari jarak dekat tersebut sangat jelas memperlihatkan tubuh bagian atas perempuan itu.

Foto-foto telanjang mirip Siti Badriah itu, diunggah pertama kali di Twitter oleh akun @Vina787979 pada 23 November 2013 lalu. Namun, kini akun Twitter tersebut telah dihapus pemiliknya. Meski demikian, Foto-foto tersebut sudah banyak beredar BlackBerry Messanger.

Sementara itu, terkait foto bugil tersebut Siti sendiri belum bisa dimintai tanggapan seputar foto bugil mirip dengannya itu. sumber foto: adaterus.com

hmm..lagi-lagi kasus foto bugil selebriti, apakah asli atau editan? apakah settingan biar cepat terkenal? Atau memang keteledoran pemilik foto? Silahkan Anda jawab! - See more at: http://www.cekatcekit.com/2013/11/hot-foto-bugil-siti-badriah-berondong.html#sthash.GlKoub9o.dpuf

sumber:terindeks

Foto Hot Artis Yang Bikin Ngaceng





Spoiler for ab three



Spoiler for acha








maaf kalo repost. . . ane jangan di . . . 

semoga agan-agan berkenan

Sabtu, 23 November 2013

Cerita Sex Tubuh Tante Reni

Cerita Sex Tubuh Tante Reni
Cerita Sex Tubuh Tante Reni - Saat aku lulus di SD aku mendapat nilai yang sangat memuaskan. Seperti janji ayahku kalau nilaiku baik aku akan dikirim di luar kota yang pendidikannya lebih baik. Disana aku dititipkan dirumah pamanku, om Hari. Dia orang yang sangat kaya raya. Rumahnya sangat megah tapi terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya terdapat dua lantai dan dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante Reni, wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak tubuhnya tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok kira kira 34B. Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta anugrah dari seorang wanita.
Sesampainya dirumah Om Hari. Aku memasuki pintu rumah yang besar. Disana aku disambut oleh Om Hari dan istrinya. Om Hari menjabat tanganku sedangkan Tante menciumku. Aku agak sungkan dengan perlakuan seperti itu. Pembantu disana disuruh membawakan tasku dan mengantarkan sampai di kamarku. Aku mendapat kamar yang 3 kali lipat dari kamar tidurku dirumah. Setelah itu aku berkeliling rumah melihat kolam renang serta sempat melihat kamar mandi yang tak terbayang olehku. Disana terdapat tempat cuci tangan dengan cermin yang besar wc, bathup, dan dua shower yang satu dengan kaca buram sedangan yang satu dengan kain yang diputarkan membentuk 1/4 lingkaran (sorry aku nggak tahu namanya). Tempat itu masih dalam satu ruangan tanpa penyekat.
Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om Hari datang menghampiriku dia bilang mau pergi keluar kota. Dia juga mohon maaf tidak bisa menemaniku. Kami pun mengantarkan sampai pagar rumah. Setelah itu aku kembali duduk menikmati suasana kolam renang. Tiba tiba dari belakang muncul sosok yang sangat menawan. Tante dengan baluatan piyama menghampiriku.
“Ren kamu suka nggak ama rumah ini”
“Suka banget Tante, kayaknya aku kerasan banget dengan rumah ini tiap sore bisa renang”
“Kamu suka renang, yuk kita renang bareng, pas waktu ini udara sangat panas”
Wahhh kebetulan aku bisa renang ama Tante yang bahenol. Waktu bertemu pertama kali aku cuma bisa membayangkan bentuk tubuhnya waktu renang dengan balutan swimsuit. Tapi ketika dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan aku tersedak ketika dia hanya memakai Bikini yang sangat sexy dengan warna yang coklat muda. Model bawahannya G-String.
“Huhuukkk… Aduh Tante aku kira Tante mau telanjang”
“Enak aja kalau kamu, Om bilang kamu suka bercanda”
“Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini seperti ini”
“Ihh ini sudah biasa Tante pake bikini kadang ada orang kampung ngintip Tante”
“Benar Tante… Tapi sayang aku lupa bawa celana renang”
“Ah… Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti aku suruh bi’ Imah suruh beli buat kamu, yuk nyebur…” segera Tante menyeburkan dirinya. Dengan malu malu aku membuka bajuku tapi belum buka celana. Aku malu ama Tante. Lalu dia naik dari kolam. Dia memdekatiku
“Ayo cepet… Malu ya ama Tante nggak apa apa. Kan kamu keponakan Tante. Jadi sama dengan kakak perempuan kamu.”
Waktu dia mendekatiku terlihat jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak ada bikini pake busa. Aku melirik bagian payudaranya. Dia hanya tersenyum.
Setelah itu dia kembali menarikku. Tanpa basa basi dengan muka tertunduk aku melorotkan celana dalamku. Yang aku takutkan kepala adikku kelihatan kalau lagi tegang menyembul dibalik celana dalamku. Setelah melepas celanaku langsung aku berenang bersama Tante.
Setelah puas renang aku naik dan segera ke kamar mandi yang besar. Aku masuk disana ketika aku ingin menutupnya, tidak ada kuncinya jadi kalau ada orang masuk tinggal buka aja. Aku segera bergegas tempat dengan penutup kain. Aku tanggalkan semua yang tertinggal ditubuhku dan aku membilas dengan air dingin. Ketika hendak menyabuni tubuhku. Terdengar suara pintu terbuka, aku mengintip ternyata Tanteku yang masuk. Kontan aku kaget aku berusaha agar tidak ketahuan. Ketika dia membuka sedikit tempatku aku spontan kaget segera aku menghadap ke belakang.
“Ehhh… Maaf ya Ren aku nggak tahu kalau kamu ada didalam. Habis nggak ada suara sih”
Langsung segera wajahku memerah. Aku baru sadar kalau Tante sudah menanggalkan bikini bagian atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya. Aku tahu waktu tubuhku menghadap kebelakang tapi kepalaku lagi menoleh kepadanya.
“Maaf… Juga Tante… Ini salahku” jawabku yang seolah tidak sadar apa yang aku lakukan. Yang lebih menarik telapak tangan Tante tidak cukup menutupi semua bagiannya. Disana terdapat puting kecil berwarna cokelat serta sangat kontras dengan besarnya payudara Tante.
“Tante tutup dong tirainya, akukan malu”
Segera ditutup tirai itu. Dengan keras shower aku hidupkan seolah olah aku sedang mandi. Segera aku intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk tempat shower. Dia berdiri didepat cermin. Disana dia sedang membersihkan muka, tampak payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku sedikit membuka tirai supaya aku dapat melihatnya. Aku bermain dengan adikku yang langsung keras. Kukocok dengan sabun cair milik Tante. Ketika aku intip yang kedua kali dia mengoleskan cairan disekujur tubuhnya. Aku melihat tubuh Tante mengkilap setelah diberi cairan itu. Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia mengoleskan disekitar payudaranya agak lama. Sambil diputar putar kadang agar diremas kecil. Ketika sekitar 2 menit kayaknya dia mendesis membuka sedikit mulutnya sambildia memejamkan mata. Sambil menikmati pemandangan aku konsentrasikan pada kocokanku dan akhirnya… Crot crot…
Air maniku tumpah semua ke CD bekas aku renang tadi. Yang aku kagetkan nggak ada handuk, lupa aku ambil dari dalam tasku. Aku bingung. Setelah beberapa saat aku tidak melihat Tante di depan cermin, tapi dia sudah berada di depan shower yang satunya. Aku tercengang waktu dia melorotkan CDnya dengan perlahan lahan dan melemparkan CDnya kekeranjang dan masuk ke shower. Setelah beberapa kemudian dia keluar. Aku sengaja tidak keluar menunggu Tanteku pergi. Tapi dia menghampiriku.
“Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain didalam”
Kemudian aku mengeluarkan kepalaku saja dibalik tirai. Aku kaget dia ada dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku tutup kembali.
“Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak papalah?”
“Anu Tante aku lupa bawa handuk jadi aku malu kalau harus keluar”
“Aku juga lupa bawa handuk, udahlah kamu keluar dulu aja. Aku mau ambilkan handukmu.”
Tante sudah pergi. Akupun keluar dari shower. Setelah bebrapa menit aku mulai kedinginan yang tadi adikku mengeras tiba tiba mengecil kembali. Lalu pintu terbuka pembantu Tante yang usianya seperti kakakku datang bawa handuk, akupun kaget segera aku menutupi adikku. Dia melihatku cuma tersenyum manis. Aku tertunduk malu. Setelah dia keluar, belum sempet aku menutup auratku Tanteku masuk masih tetap telanjang hanya aja dia sudah pake cd model g-string.
“Ada apa Tante. Kok masih telanjang” jawabku sok cuek bebek padahal aku sangat malu ketika adikku berdiri lagi.
“Sudah nggak malu ya…, anu Ren aku mau minta tolong”
“Tolong apa Tante koq serius banget… Tapi maaf ya Tante adik Rendi berdiri”
Dia malah tertawa.”Idih itu sih biasa kalau lagi liat wanita telanjang” jawab Tante.
“Begini aku minta Rendi meluluri badan Tante soalnya tukang lulurnya nggak datang”
Bagai disambar petir. Aku belum pernah pegang cewek sejak saat itu. Pucuk dicinta ulam tiba.
“Mau nggak…?
“Mau Tante.”
Segera dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan lulur. Aku ratakan disegala tubuhnya. Tiba tiba handukku terlepas. Nongol deh senjataku, langsung aku tutupi dengan tanganku
“Sudah biarin aja, yang ada cuma aku dan kamu apa sih yang kamu malukan.”
Dengan santainya dia menaruh handukku kelantai.
“Tubuh Tante bagus banget. Walaupun sudah punya anak tetap payudara Tante besar lagi kenceng”
Aku berbicara waktu aku tahu payudaranya tergencet waktu dia tengkurap. Dan dia hanya tersenyum. Aku sekarang meluluri bagian pahanya dan pantatnya.
“Ren berhenti sebentar”
Akupun berhenti lalu dia mencopot cdnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku tetap tak berani menatap bagian bawahnya. Setelah beberapa waktu dia membalikkan badan ke arahku. Lagi lagi aku tersedak melihat pemandangan itu.
“Ren Adikmu lagi tegang tegangnya nih kayaknya sudah hampir keluar nih.”
Lalu dia menyuruh aku mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku supaya agak meremas remasnya. Aku pun ketagian acara itu disana aku melihat puting berwarna coklat muda lagi mengeras. Kadang kadang aku senggol putingnya atau aku sentil. Dia memekik dan mendesah seperti ulat kepanasan.
“Ren terus remas… Uhuhh remes yang kuat”
“Tante kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana” aku bertanya dan dia hanya tersenyum ketika tanganku beralih di daerah vagina.
Ketika aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya. Aku gemetar ketika tanganku menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur daerah itu sudah basah dengan sendirinya. Aku disuruhnya terus mengusap usap daerah itu, kadang aku tekan bagian keduanya.
“Ren pijatanmu enak banget… Terus…”
Setelah aku terus gosok dengan lembut tiba tiba Tante menegang. Serrr serrr, aku mencari sumber bunyi yang pelan tapi jelas. Aku tahu kalau itu berasal dibagian sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas.
“Makasih ya atas acara lulurannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu ahli juga ya”
“Tentu Tante, kalau ada apa apa bisa andalkan Rendi”
Lalu dia pergi dari kamar mandi itu. Aku memakai handuk untuk menutupi bagian tubuhku. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata dia berjalan jalan dirumah tanpa sehelai benang pun. Aku pun segera masuk ke kamar tidur yang dipersiapkan, tenyata ada pembantu yang tadi mengambilkan handuk sedang menata pakaianku ke dalam almari.
“Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu telanjang” sebelum aku jawab.
Dia memberitahukan kalau Tante itu suka telanjang dan memamerkan tubuhnya ke semua orang baik perempuan maupun laki laki tapi tidak berani kalau ada suaminya. Pembantu itu juga memberitahukan kejadian yang aneh dia sering renang telanjang dan yang paling aneh kadang kadang ketika dia menyirami bunga dia telanjang dada di depan rumah tepatnya halaman depan, padahal sering orang lewat depan rumah.
“Sudah ganti sana cd ada didalam almari itu tapi kayaknya anunya den Rendi masih amatir” dia menggodaku.
Setelah melewati beberapa hari akupun sering mandi sama Tante bahkan hampir tiap hari. Semakin dipandang tubuhnya makin oke aja. Itu semua pengalaman saya hidup dirumah Tante Reni yang aduhai. Tapi aku kecewa waktu aku meninggalkan rumah itu. Aku disana belum genap satu tahun. Karena harus balik lagi ke rumah karena ayah ibuku bekerja diluar kota dan aku harus tunggu bersama kakakku Ana.

Jumat, 22 November 2013

Prediksi Arsenal vs Southampton 23 November 2013

Prediksi Arsenal vs Southampton 23 November 2013 – Bursa Taruhan Bola Voor dan Prediksi Skor Akurat Arsenal vs Southampton Liga Premier Inggris. Pertandingan ini akan diselenggarakan pada hari sabtu 23 November 2013 pukul 22:00 WIB. Berikut berita dan prediksi selengkapnya 
Prediksi Arsenal vs Southampton 23 November 2013
kedua tim ini sebelumnya sudah sering bertemu dimana pada pertemuan Terakhir kedua tim ini berakhir dengan imbang,Saat ini Arsenal masih bertahan Dipuncak Klasemen Liga Inggris dengan Mengumpulkan Dua Puluh Lima Poin sementara Southampton saat ini berada diperingkat ketiga dengan Mengumpulkan Dua Puluh Dua Poin.
Dipertandingan Terakhir Arsenal Kemarin harus menelan kekalahan pahit atas manchester united dengan Skor 1 – 0 dan sementara dipertandingan Terakhir Southampton kemarin berhasil menang telak melawan Hull City dengan Skor 4 – 1,menurut kalian Siapakah Yang akan memenangi Pertandingan Arsenal vs Southampton ini,mari langsung kita Simak Statistik kedua tim ini.
Berikut Head To head dan 5 pertemuan terakhir dari kedua team :
Head To Head Arsenal vs Southampton :
02 Jan 2013 : Southampton 1 – Arsenal 1
15 Sep 2012 : Arsenal 6 – Southampton 1
5 Pertandingan Terakhir Arsenal :
10 Nov 2013 : Manchester United 1 – Arsenal 0
07 Nov 2013 : Borussia Dortmund 0 – Arsenal 1
03 Nov 2013 : Arsenal 2 – Liverpool 0
30 Okt 2013 : Arsenal 0 – Chelsea 2
26 Okt 2013 : Crystal Palace 0 – Arsenal 2
5 Pertandingan Terakhir Southampton :
09 Nov 2013 : Southampton 4 – Hull City 1
07 Nov 2013 : Sunderland 2 – Southampton 1
02 Nov 2013 : Stoke City 1 – Southampton 1
26 Okt 2013 : Southampton 2 – Fulham 0
19 Okt 2013 : Manchester United 1 – Southampton 1
Prediksi Daftar Pemain Starting XI Arsenal vs Southampton :
Arsenal : Mannoune, Jenkinson, Vermaelen, Mertesacker, Gibbs, Arteta, Diaby, Podolski, Cazorla, Walcott, Giroud.
Southampton : Davis,Fox,Fonte,Hoolveld,Clyne,-Di Prado,Davis, 4-Schneiderlin, Rodriguez, Lallana,Lambert.Arsenal vs Southampton
Bursa Taruhan Arsenal vs Southampton :
Arsenal 0 : 1 Southampton
Prediksi Skor Arsenal vs Southampton 
Arsenal 2 : 0 Southampton

Kamis, 21 November 2013

Gambar Kata-Kata Mutiara Terbaru

Ketika semangat mulai redup hanya kata-kata yang bermakna lah yang akan membangkit kan semangat lagi, salah satunya adalah dengan membaca kata-kata mutiara yang bergelimangan di internet, mulai dari text dan gambar tersedia di sana.

Berikut ini saya menyediakan beberapa gambar kata-kata mutiara yang saya dapatkan dari google images, semoga dapat bermanfaat.

Kumpulan Gambar Kata Mutiara Terbaru

Kumpulan Gambar Kata Mutiara Terbaru

Kumpulan Gambar Kata Mutiara Terbaru

Kumpulan Gambar Kata Mutiara Terbaru

Kumpulan Gambar Kata Mutiara Terbaru

sumber:http://artikelisasi.blogspot.com/2013/11/kumpulan-gambar-kata-mutiara-terbaru.html

Cerita Seks Kisah Gadis Di Saat Pemerkosaan Masal Di Sekolah

Cerita Seks Kisah Gadis Di Saat Pemerkosaan Masal Di Sekolah
Cerita Seks Kisah Gadis Di Saat Pemerkosaan Masal Di Sekolah – Udah dua jam lebih Hafizah menunggu lewatnya bus jalur 6A yang biasanya mengantarkannya pergi pulang sekolah. Ya, hanya bus rakyat itulah satu-satunya sarana transportasinya dari Godean ke SMP Negeri favorit di bilangan dekat perguruan tinggi negeri. Tapi sejauh ini, bus itu belum nongol-nongol juga.
Padahal kakinya sudah semutan terus berdiri di depan proyek bangunan berlantai tiga yang rencananya untuk restoran ayam goreng terkenal dari Amerika itu. Hafizah yang kelas satu dan belum sebulan ini masuk sekolah barunya, melirik sekali lagi jam tangannya hadiah dari kakaknya yang kerja di Batam. Pukul lima siang lewat sepuluh menit. Inilah arloji hadiahnya jika masuk SMP favorit. Gadis 12 tahun bertubuh imut tapi tampak subur itu memang pintar dan cerdas. Tak heran jika ia mampu menembus bangku sekolah idamannya.
Cuaca di atas langit sana benar-benar sedang mendung. Angin bertiup kencang, sehingga membuat rambut panjang sepinggangnya yang lebat tapi agak kemerahan itu berkibar-kibar. Hembusannya yang dingin membuat gadis berkulit kuning langsat dan berwajah ayu seperti artis Paramitha Rusady itu memeluk tas barunya erat-erat untuk mengusir hawa dinginnya. Berulang kali bus-bus kota lewat, tapi jalur yang ditunggu-tunggunya tak kunjung lewat juga. Sejenak Hafizah menghela nafasnya sambil menebarkan pandangannya ke seluruh calon penumpang yang berjejalan senasib dengannya. Lalu menengok ke belakang, memperhatikan pagar seng bergelombang yang membatasi dengan lokasi pembangunan proyek tersebut. Tampak puluhan pekerjanya yang tengah meneruskan kegiatannya, walaupun cuaca sedang jelas hendak hujan deras. Hilir mudik kendaraan yang padat kian membuat kegelisahannya memuncak.
Mendadak hujan turun dengan derasnya. Spontan saja, Hafizah dan tiga orang calon penumpang bus kota yang di antaranya dua pasang anak SMA dan seorang bapak-bapak secara bersamaan numpang berteduh masuk ke lokasi proyek yang pintunya memang terbuka dan di sana terdapat bangku kayu serta teduh oleh tritisan beton. Sedangkan belasan orang lainnya memilih berteduh di depan toko fotocopy yang berada di sebelah bangunan proyek itu. “Numpang berteduh ya, Pak!” pinta ijin bapak-bapak itu disahuti teriakan “iya” dari beberapa kuli bangunan yang turut pula menghentikan kerjanya lalu berteduh di dalam bangunan proyek. Tapi dalam beberapa menit saja, bapak tua itu telah berlari keluar sambil berterima kasih pada para kuli bangunan setelah melihat bus kota yang ditunggunya lewat.
Tak sampai lima menit kedua anak SMA itupun mendapatkan bus mereka. Kini Hafizah sendirian duduk menggigil kedinginan.
“Aduh..!” kaget Hafizah yang tersadar dari lamunannya itu tatkala sebuah bus yang ditunggunya lewat dan berlalu kencang. Tampak wajah gelisah dan menyesalnya karena melamun.
“Mau pakai 6A, ya Dik?” tanya seorang kuli yang masih muda belia telah berdiri di sampingnya Hafizah yang tengah mondar-mandir di depan bangku.
Hafizah sempat kaget, lalu tersenyum manis sekali.
“Iya Mas. Duh, busnya malah bablas. Gimana nih?!”
“Tenang saja, jalur 6A-kan sampai jam tujuh malam. Tunggu saja di sini, ya!” ujarnya sambil masuk ke dalam.
Hafizah hanya mengangguk ramah, lalu duduk kembali di bangkunya, yang sesekali waktu dia menengok ke arah timur, kalau-kalau terlihat bus jalur 6A lewat. Setengah jam lewat. Tak ada tanda-tanda bus itu lewat. Hafizah melihat ke dalam gedung yang gelap itu, tampak sekitar lima puluh kuli sedang istirahat. Sebagian asyik ngobrol, lainnya merokok atau mandi di bawah siraman air hujan. Lainnya terlihat terus-menerus memperhatikan Hafizah. Perasaan tak enak mulai menyelimuti hatinya.
Belum sempat otaknya berpikir keras untuk dapat keluar dari lokasi proyek, mendadak sepasang tangan yang kuat dan kokoh telah mendekap mulut dan memiting lehernya. Hafizah kaget dan berontak. Tapi tenaga kuli kasar itu sangatlah kuat, apalagi kuli lainnya mengangkat kedua kaki Hafizah untuk segera dibawanya masuk ke dalam bangunan proyek.
“Diam anak manis! Atau kami gorok lehermu ini, hmm!” ancam kuli yang telanjang dada yang menyekapnya itu sambil menempelkan sebilah belati tajam di lehernya, sedangkan puluhan kuli lainnya tertawa-tawa senang penuh nafsu birahi memandangi kemolekan tubuh Hafizah yang sintal padat berisi itu. Hafizah hanya mengagguk-angguk diam penuh suasana takut yang mencekam. Tak berapa lama gadis cantik itu sesenggukan. Tapi apalah daya, suara hujan deras telah meredam tangis sesenggukannya. Sedangkan tawa-tawa lima puluh enam kuli usia 16 sampai yang tertua 45 tahun itu kian girang dan bergema sembari mereka menanggalkan pakaiannya masing-masing.
Hafizah melotot melihatnya.
“Jangan macam-macam kamu, ya. Hih!” ancamnya lagi sambil membanting tubuh Hafizah di atas hamparan tenda deklit oranye yang sengaja digelar untuk Hafizah. Tas sekolahnya diserobot dan dilempar ke pojok. Hafizah tampak menggigil ketakutan. Wajahnya pucat pasi menyaksikan puluhan kuli itu berdiri mengelilingi dirinya membentuk formasi lingkaran yang rapat.
“Tolong.. tolong ampuni saya Pak.. jangan sakiti aku.. kumohon.. toloong, ouh.. jangan sakiti aku..” pinta Hafizah merengek-rengek histeris sambil berlutut menyembah-nyembah mereka.
Tapi puluhan kuli itu hanya tertawa ngakak sambil menuding-nuding ke arah Hafizah, sedangkan lainnya mulai menyocok-ngocok batang zakarnya masing-masing.
“Buka semua bajumu, anak manis! Ayo buka semua dan menarilah dengan erotisnya. Ayo lakukan, cepaat!” perintah yang berbadan paling kekar dan usia sekitar 30 tahun itu yang tampaknya adalah mandornya sambil mencambuk tubuh Hafizah dengan ikat pinggang kulitnya.
“Cter!”
“Akhh.. aduh! Sakit, Pak.. akhh..!” jerit kesakitan punggungnya yang kena cambuk sabuk.
Tiga kali lagi mandor itu mencabuk dada, paha dan betisnya. Sakit sungguh minta ampun. Hafizah menjerit-jerit sejadinya sambil meraung-raung minta ampun dan menangis keras. Tapi toh suaranya tak dapat mengalahkan suara hujan.
“Cepat lakukan perintahku, anak manja! Hih!” sahut mandor sambil melecutkan sabuknya lagi ke arah dada Hafizah yang memang tumbuhnya belum seberapa besarnya, bisa dikatakan, buah dadanya Hafizah baru sebesar tutup teko poci. Hafizah kembali meraung-raung.
“Iya.. iya Pak.. tolong, jangan dicambuki.. sakiit.. ouh.. ooh.. huk.. huuh..” ucap Hafizah yang telah basah wajahnya dengan air mata.
Ucapannya itu disahuti oleh gelak tawa para kuli yang sudah tak sabar lagi ingin menikmati makan sore mereka.
“Aduuh, udah ngaceng nih, buruan deh lepas bajunya.”
“Iya, nggak tahan lagi nih, mau kumuntahkan kemananya yaa?”
Perlahan Hafizah beranjak berdiri dengan isak tangisnya.
“Sambil menari, ayo cepat.. atau kucambuk lagi?” desak mandor mengancam.
Hafizah hanya mengangguk sambil menyadari bahwa batang-batang zakar mereka telah ereksi semua dengan kencangnya.
Hafizah perlahan mulai menari sekenanya sambil satu persatu memreteli kancing seragam SMP-nya, sedangkan para kuli memberikan ilustrasi musik lewat mulut dan memukul-mukulkan ember atau besi. Riuh tapi berirama dangdut. Sorak-sorai mewarnai jatuhnya bajunya. Hafizah kian pucat. Kini gadis itu mulai melepas rok birunya. Kain itu pun jatuh ke bawah dengan sendirinya. Kini Hafizah tinggal hanya memakai BH dan CD serta sepatu. Sepatu dilepas. Hafizah lama sekali tak melepas-lepas BH dan CD-nya. Dengan galak, mandor mencabuk punggungnya.
“Cter!”
“Auukhh.. ouhk..!” jerit Hafizah melepas BH dan CD-nya dengan buru-buru.
Tentu saja dia melakukannya dengan menari erotis sekenanya. Terlihat jelas bahwa Hafizah belum memiliki rambut kemaluan. Masih halus mulus serta rapat. Tepuk tangan riuh sekali memberikan aplaus.
Sedetik kemudian, rambut Hafizah dijambak untuk dipaksa berlutut di depan mandor. Hafizah nurut saja.
“Ayo dikulum, dilumat-lumat di disedoot.. kencang sekali, lakukan!” perintahnya menyodorkan batang zakarnya ke arah mulut Hafizah.
Hafizah dengan sesenggukan melakukan perintahnya dengan wajah jijik.
“Asyik.. terus, lebih kuat dan kencang..!” perintahnya mengajari juga untuk mengocok-ngocok batang zakar mandor.
Hafizah dengan lahap terus menerus menyedot-nyedot batang zakarnya mandor yang sangat keasyikan. Seketika zakar itu memang kian ereksi tegangnya. Bahkan mandor menyodok-nyodokkan batang zakarnya ke dalam mulut Hafizah hingga gadis itu nyaris muntah-muntah karena batang zakar itu masuk sampai ke kerongkongannya.
Di belakang Hafizah dua kuli mendekat sambil jongkok dan masing-masing meremas-remas kedua belah buah dadanya Hafizah sembari pula mempintir-plintir dan menarik-narik kencang puting-puting susunya itu.
“Ouuhk.. hmmk.. aauuhk.. hmmk..!” menggerinjal-gerinjal mulut Hafizah yang masih menyedot-nyedot zakar mandor.
Tak berapa lama spermanya muncrat di dalam mulut Hafizah.
“Creeot.. cret.. croot..!”
“Telan semua spermanya, bersihkan zakarku sampai tak tersisa!” perintah galak sambil menjambak rambut Hafizah.
Gadis itu menurut pasrah. Sperma ditelannya habis sambil menjilati lepotan air mani itu di ukung zakar mandor sampai bersih.
Mandor mundur. Kini Hafizah kembali melakukan oral seks terhadap zakar kuli kedua. Dalam sejam Hafizah telah menelan sperma lima puluh enam kuli! Tampak sekali Hafizah yang kekenyangkan sperma itu muntah-muntah sejadinya. Tapi dengan galak mandor kembali mencambuknya. Tubuh bugil Hafizah berguling-guling di atas deklit sambil dicambuki omandor. Kini dengan ganas, mereka mulai menusuk-nusukkan zakarnya ke dalam vagina sempit Hafizah. Gadis itu terlihat menjerit-jerit kesakitan saat tubuhnya digilir untuk diperkosa bergantian. Sperma-sperma berlepotan di vagina dan anusnya yang oleh sebagian mereka juga melakukan sodomi dan selebihnya membuang spermanya di sekujur tubuhnya Hafizah. Hafizah benar-benar tak tahan lagi. Tiga jam kemudian gadis itu pingsan. Dasar kuli rakus, mereka masih menggagahinya. Rata-rata memang melakukan persetubuhan itu sebanyak tiga kali. Darah perawan mengucur deras dari vagina Hafizah yang malang.

Prediksi Togel Singapura 22 November 2013

Prediksi Togel Singapura 22 November 2013 – Perkiraan Togel Singapura 22 November 2013Angka Keluar Togel Singapura 22 November 2013. Angka Jitu Togel Singapura. Info Prediksi Togel 22 November 2013.
Prediksi Togel Singapura 22 November 2013
Prediksi Togel Singapura Hari Ini adalah :
Angka main : 9578
Kepala : 3428
Ekor : 5903
Colok babas jitu : 8
Utamakan Prediksi Togel anda sendiri.

Prediksi Everton vs Liverpool 23 November 2013

Prediksi Everton vs Liverpool 23 November 2013 – Bursa Taruhan Bola Voor dan Prediksi Skor Akurat Everton vs Liverpool Liga Inggris. Pertandingan ini akan diselenggarakan pada hari sabtu 23 November 2013 pukul 19:45 WIB. Berikut berita dan prediksi selengkapnya 
Prediksi Everton vs Liverpool 23 November 2013
Kedua klub saat ini sedang dalam performa baik di Liga Primer Inggris di mana The Reds duduk di peringkat kedua namun hanya unggul tiga poin dari rival sekotanya itu di posisi enam. Martinez pun sudah tak sabar menjalani partai ini.
“Laga ini akan spesial, mengingat kedua tim saat ini sedang berada dalam posisi baik setelah melakoni start bagus di awal musim. Jadi ini akan menjadi laga penting. Tapi yang lebih penting, ini adalah sebuah perayaan sepakbola karena kedua tim telah tampil bagus sejauh ini,” ungkapnya di laman resmi Everton.
“Ini adalah pertandingan yang sangat menarik dalam kalender sepakbola. Jadi, aka nada banyak pembicaraan dan banyak cerita tentang derby ini. Saya sungguh menantikan laga ini,” tambah eks manajer Wigan Athletic ini.
Berikut Head To head dan Lima pertemuan terakhir dari kedua team :
Head To Head Everton vs Liverpool :
05 Mei 2013 : Liverpool 0 – Everton 0
28 Okt 2012 : Everton 2 – Liverpool 2
14 Apr 2012 : Liverpool 2 – Everton 1
14 Mar 2012 : Liverpool 3 – Everton 0
01 Okt 2011 : Everton 0 – Liverpool 2
5 Pertandingan Terakhir Everton :
09 Nov 2013 : Crystal Palace 0 – Everton 0
03 Nov 2013 : Everton 0 – Tottenham 0
26 Okt 2013 : Aston Villa 0 – Everton 2
19 Okt 2013 : Everton 2 – Hull City 1
05 Okt 2013 : Manchester City 3 – Everton 1
5 Pertandingan Terakhir Liverpool :
09 Nov 2013 : Liverpool 4 – Fulham 0
03 Nov 2013 : Arsenal 2 – Liverpool 0
26 Okt 2013 : Liverpool 4 – West Bromwich Albion 1
19 Okt 2013 : Newcastle United 2 – Liverpool 2
05 Okt 2013 : Liverpool 3 – Crystal Palace 1
Bursa Taruhan Everton vs Liverpool :
Everton 1 : 0 Liverpool
Prediksi Skor Everton vs Liverpool 
Everton 1 – 3 Liverpool

Rabu, 20 November 2013

Prediksi togel singapore kamis 21 november 2013

Prediksi Togel Hari Ini Singapore 2D 3D 4D Kamis 21 November 2013, anda juga bisa share disini tentang bocoran togelramalan togelangka jitu dan seputar togel.

Angka Ikut : 3894

Kepala : 1235

Ekor : 4903

Colok Bebas Jitu : 5

Jumlah : 263748

Pesan saya tetap utamakan prediksi togel anda sendiri dan silahkan berbagi prediksi togel di forum prediksi raja togel. Terima kasih!

Selasa, 19 November 2013

Cerita Seks Aku dan Isteri Temanku

Cerita Seks Aku dan Isteri Temanku
Cerita Seks Aku dan Isteri Temanku – Kejadiannya bermula dari perjumpaan aku dengan seorang teman SMP aku di sebuah toko elektronik, ketika aku sedang membeli VCD Player. Pertemuan di toko itu kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama. Joko, teman aku itu, bekerja sebagai di salah satu perusahaan minyak. Karena ia bekerja di bagian produksi, maka waktunya lebih banyak dihabiskan di anjungan minyak lepas pantai. Dua minggu di anjungan, dan satu minggu kemudian ia bekerja di darat. Begitulah pola jadwal kerjanya. Ia
telah 5 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Nama isterinya adalah Nina, bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta. Pembicaraan di rumah
makan tersebut sedemikian mengasyikkan. Kami banyak mengenang berbagai kejadian lucu semasa kami di SMP dahulu. Bagaimana kami berusaha mengintip paha guru-guru wanita, cerita tentang Bibi Kantin, dan sebagainya. Tidak kami sadari, rupanya rumah makan itu akan segera tutup. Kemudian Joko mengajak aku ke rumahnya.
Rumah Joko sudah sepi ketika kami sampai di sana. Menjawab pertanyaan Joko, pembantu wanita yang membukakan pintu mengatakan bahwa isteri Joko telah masuk kamar dari
jam sembilan, mungkin sudah tidur katanya. Sambil duduk di ruang tamu menunggu Joko yang masuk ke kamarnya, aku mengamati rumah Joko yang cukup asri ini. Dari foto mereka yang terpajang, aku dapat melihat dan menilai
bahwa isterinya cukup menarik dan seksi. Ternyata penilaian aku tersebut tidak salah.
Dengan hanya mengenakan daster tanpa lengan dan sedikit terkantuk- kantuk ia menjulurkan tangannya “Nina” katanya. “Bambang” jawabku singkat.
Kemudian Nina mengatakan ia mohon maaf karena mengantuk sekali dan harus tidur cepat karena ia
mendapat jadwal mengajar pagi keesokan harinya. Tinggallah aku berdua dengan Joko melanjutkan
perbincangan kami. Sambil berbincang-bincang, kemudian Joko mencoba VCD yang baru dibelinya. VCD itu sendiri isinya film yang cukup terkenal (judulnya kalau tidak salah “Indecent Proposal”. Kurang lebih film itu berkisah
tentang tawaran dari seorang pria untuk memberikan sejumlah besar uang apabila ia diperbolehkan mengencani
isteri pria yang satunya tersebut.
Sambil menonton, Joko bertanya “Kalau kamu bagaimana Bang?” tanyanya. Aku menjawab “enggak tahu deh .. bingung”. Kemudian aku balik bertanya “Kalau kamu bagaimana Jok?”. Joko mengemukakan
bahwa kalau ia menghadapi situasi yang demikian, maka ia akan menerima tawaran itu.
Bahkan ia kemudian secara terbuka mengungkapkan kepadaku bahwa terkadang ia suka
membayangkan isterinya bersetubuh dengan orang lain.
Ia merasa janggal dengan keadaannya yang satu ini. Kemudian kami memperbincangkan berbagai hal lainnya. Menjelang tengah malam, akhirnya aku pamit, walaupun sebenarnya
masih banyak yang ingin kami perbincangkan. Dengan kesibukan masing-masing, selama hampir tiga
minggu kami tidak berkomunikasi. Sampai akhirnya di satu hari Kamis, ia menelepon aku di kantor menjelang jam
pulang kantor. Joko mengajak aku untuk bertemu di salah satu Cafe di bilangan Kemang. Karena tidak acara,
akhirnya aku menyanggupi ajakan tersebut. Rupanya Joko ingin membicarakan suatu hal yang agak pribadi, sehingga ia mengajak aku bertemu di cafe tersebut. Setelah pembicaraan basa-basi, akhirnya ia mengutarakan maksud utama mengapa ia mengajak aku bertemu.
“Begini Mbang” kata Joko sebagai pembukaan. “Sebetulnya aku agak sungkan mengemukakan hal yang akan
aku utarakan ini, karena sifatnya begitu pribadi” lanjutnya. “Mudah-mudahan kamu tidak terkejut dan tidak
berpikir yang bukan-bukan terhadap aku , setelah semuanya ini aku ungkapkan padamu” sambung Joko lagi. “Ada apa sih Jok” tanyaku penasaran.
“Pernah tidak kamu membayangkan isterimu bermesraandengan orang lain” tanyanya. “Pernah” jawabku singkat dan sejujurnya memang demikian. “Aku juga” katanya. “Bahkan, aku sangat terangsang kalau membayangkan isteriku bersetubuh dengan laki-laki lain” lanjutnya. “Sebenarnya, secara tidak langsung aku pernah mengemukakan hal tersebut ketika kita nonton film di rumahku dulu” lanjutnya lagi. “Bayangan itu, hampir tiap malam singgah di kepalaku. Dan sepertinya aku tidak tahan lagi untuk mewujudkannya.” kata Joko sambil meneguk minumannya.
“Karena itulah, aku mengajakmu bertemu. Terus terang Mbang, aku mau minta
tolong padamu. Maukah kamu menyetubuhi isteriku ? Aku ingin melihat kamu menyetubuhi isteriku”
katanya malu- malu. Walaupun sebenarnya aku juga sudah menduga-duga kemungkinan akan hal itu, tetapi aku tetap tertegun mendengar ungkapan Joko tersebut. “Maaf ya Mbang, kalau permintaanku itu kurang enak buat kamu” kata Joko melihat aku diam saja. “Terus terang Jok, aku kaget dan agak bingung. Walaupun masih ada beberapa pertanyaan di benakku, tapi aku dapat memahami keinginanmu itu. Yang benar-benar membuatku bingung … kenapa aku yang kamu pilih untuk menyetubuhi isterimu.?” tanyaku.
“Ada beberapa alasan” jawab Joko. “Pertama, aku sudah cukup mengenal kamu, yang artinya kamu aku nilai tidak
akan sembarangan membocorkan rahasia ini kepada orang lain. Kedua, walaupun kita kenal sudah cukup lama, tapi kita kan tidak sering berhubungan. Aku pikir keadaan itu dapat mengurangi resiko timbulnya berbagai masalah yang lebih besar kemungkinannya timbul kalau yang menyetubuhi isteriku adalah orang yang bergaul sehari-hari dengan kami” lanjut Joko. “Maksudmu bagaimana Jok, aku agak kurang jelas?” tanyaku. “Begini, seumpamanya yang menyetubuhi isteriku itu tetanggaku atau teman kantorku, kan kejadian itu dapat menimbulkan situasi hubungan yang baru di antara kami.
Misalnya, jadi salah tingkah dalam berhubungan. Dan jika hal itu terjadi, akan lebih besar pengaruhnya dibandingkan jika dengan kamu. Karena, hamper tiap hari kan aku ketemu mereka.” kata Joko menjelaskan. “Kalau begitu, ada kemungkinan dong hubungan kita menjadi renggang?” tanyaku lebih jauh. “Itu kan cuma permisalan
saja” kata Joko. “Tapi kan aku harus tetap memperhitungkannya” kata Joko lagi. “Pertimbangan
lainnya” tanyaku lagi.
“Terus terang Mbang, biar bagaimana juga kan aku harus pilih-pilih. Aku tidak mau dong orang sembarangan
yang menyetubuhi isteriku. Tampang dan kondisi sosial- ekonomi, setidaknya selevel denganku” kata Joko. “Kalau
orang sembarangan, isteriku juga belum tentu mau” lanjut Joko lagi.
Sex
“Memangnya hal ini sudah kamu bicarakan dengan isterimu?” tanyaku sambil meneguk Coca Cola yang ada di
hadapanku. Kemudian Joko mengatakan “Sudah tahunan Mbang aku mengungkapkan keinginanku ini ke Nina. Tapi dia selalu menolaknya. Ide gila katanya. Baru beberapa bulan yang lalu sikapnya agak melunak, karena kayaknya dia mulai takut aku ceraikan karena tidak punya anak. Tapi, sampai saat ini keinginanku itu belum terpenuhi. Kami belum menemukan orang yang benar-benar cocok dengan keinginan kami. Kadang aku yang tidak cocok, kadang dia yang tidak menyenangi orang yang aku usulkan. Ada juga yang alternatif orang yang kami berdua kurang cocok”.
“Memangnya kalau aku, isterimu sudah setuju?” potongku.
Joko menjawab “Aku sudah pernah membicarakan kamu sebagai
alternatif kepada Nina, dan responsnya menurutku lebih
baik dibandingkan dengan calon-calon sebelumnya”. “Apa
komentar Nina tentangku” tanyaku lagi. “Nina bilang kamu
‘boleh juga’, dan seperti penilaianku, Nina juga menilai
kamu cukup dikenal olehku, namun kita tidak terlalu dekat
dan tidak terlalu sering berhubungan dengan kami” jawab
Joko.
Setelah menanyakan beberapa hal lainnya, kemudian
aku mengatakan kepada Joko bahwa aku masih membutuhkan
waktu untuk berpikir. Alasan utama yang aku utarakan
adalah bahwa aku belum pernah melakukan hal tersebut.
Kemudian setelah kami berbincang-bincang tentang berbagai
hal lainnya, kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Pada malam saat aku berbicara dengan Joko di cafe‚
tersebut, aku sebenarnya sudah ingin memberikan jawaban
bersedia. Selain memang mungkin benar bahwa pria memiliki
kecenderungan untuk tidak puas dengan satu wanita saja,
juga didukung oleh situasi dimana satu bulan terakhir ini
isteriku sudah tidak mau diajak bersetubuh karena usia
kandungannya yang sudah tua.
Faktor kebat-kebit
sehubungan dengan hasratku terhadap mertuaku, juga
semakin menggelitik kebutuhan seksku. Satu-satunya hal
yang menunda persetujuanku adalah kekhawatiran akan
resiko dari memenuhi permintaan itu. Pertama, terus
terang aku takut affair tersebut akan diketahui orang dan
akhirnya sampai ke telinga keluargaku atau keluarga
isteriku.
Kedua, aku khawatir kalau Joko meminta imbalan
sebaliknya. Artinya, ia juga ingin menyetubuhi isteriku.
Aku khawatir kalau ia meminta hal ini, aku tidak dapat
memenuhinya. Isteriku kemungkinan besar akan menolak ide
itu, aku sendiripun masih bertanya-tanya apakah aku mau
membiarkan isteriku disetubuhi orang lain. Walaupun aku
terkadang memfantasikannya, kan tetap ada beda antara
fantasi dengan realita.
Setelah aku timbang-timbang kurang lebih selama
seminggu, dan setelah memperoleh konfirmasi dari Joko
bahwa ia tidak bermaksud untuk meminta imbalan
menyetubuhi isteriku, akhirnya aku memutuskan untuk
memenuhi tawaran dari Joko tersebut.
Kemudian, melalui
telepon aku memberitahu Joko, dan langsung saat itu juga
kami membuat janji untuk bertemu di rumah Joko pada hari
Jumat malam.
Dengan alasan ingin bertemu dengan teman lama,
setelah mandi dan sempat bermasturbasi di kamar mandi,
aku pamit pada isteriku dan berangkat ke rumah Joko.
Makan malam di rumah Joko berlangsung agak kaku. HanyaJoko saja yang banyak berbicara dan berusahamenghangatkan suasana. Aku hanya mengiyakan atau menjawabsingkat pertanyaan-pertanyaan Joko. Sementara itu, Nina lebih banyak menundukkan kepala dan terlihat agak jengah ketika bertemu pandang denganku. Yang ada di kepalaku saat itu, adalah bayangan bahwa sebentar lagi aku akan memesrai wanita ini. Beberapa kali aku sempat mencuri pandang ke arah Nina dengan agak menjelajahi tubuhnya.
Khususnya, ketika ia berdiri dan berjalan mengambil buah
untuk penutup makan malam itu.
Sehabis makan, ketika Nina membereskan meja makan,
Joko dan aku duduk-duduk di ruang keluarga. Beberapa
saat kemudian Nina masuk ke ruang keluarga itu, duduk di
salah satu sofa tunggal di ruang itu. Ia duduk dengan
kedua tangan menyatu dan diselipkan di antara kedua
kakinya. Terkesan sangat gugup, canggung dan agak
ketakutan. Suasana terasa sangat kaku, walaupun beberapa
kali Joko berusaha melucu. Tatapan kami lebih sering ke
arah televisi, tapi aku yakin kalau pikiran kami bukan ke
acara di televisi tersebut.
Suatu saat Joko berdiri dan
kemudian menarik tangan Nina untuk bangun dari sofa yang
didudukinya. “Ada apa Mas?” tanya Nina keheranan. Tanpa
menjawab, Joko kemudian menuntun Nina ke arahku yang
duduk di sofa panjang, lalu mendudukkan Nina di
sampingku. “Apa-apaan sih” kata Nina sambil terduduk.
Situasinya semakin menjadi tidak enak dan semakin
canggung. “Kayaknya kamu terlalu maksa deh Jok” kataku
kepada Joko. Nina diam saja dengan wajah memerah,
campuran rasa malu dan canggung.
“Sorry deh. Mungkin
lebih baik kalian berdua saja dulu untuk lebih akrab. Aku
ke teras depan dulu ya .. ” kata Joko sambil berjalan
meninggalkan kami.
“Kita batalin saja Nin, kalau kamu memang tidak mau”
kataku kepada Nina, sambil mengarahkan pandangan ke
televisi lagi. “Nggak apa-apa kok … aku memang sudah
menyanggupi hal ini pada Mas Joko. Cuma aku bingung saja
aku harus bagaimana”, jawab Nina. Kemudian aku memandang
wajah Nina, terlihat pipinya memerah kembali.
“Aku juga
bingung, belum pengalaman sih” jawabku sambil
memberanikan diri memegang tangan Nina. Ia diam saja, dan
membiarkan tangannya kuelus-elus. Detak jantungku maupun
jantung Nina, semakin mengeras sejalan dengan kegugupan
kami masing-masing. Kemudian aku menyandarkan lenganku ke
bahunya, terasa hangat namun tetap gugup.
Kemudian kuusap-
usap rambutnya, turun ke leher, ke rambut lagi. Bolak-
balik begitu. Suasana terasa lebih rileks, dan kemudian
Nina menyandarkan kepalanya ke punggung tangan kiriku
yang ada di bahu kirinya. Kemudian tangan kanannya
menarik tangan kananku dan meletakkan di telapak tangan
kirinya, sambil tangan kanannya mengelus-elus punggung
tangan kananku. Saat itu, bagi kami, terasa lebih mudah
melakukan gerakan-gerakan dibandingkan dengan berbicara.
Setelah beberapa saat, kemudian aku menarik kedua
tanganku, dan duduk menghadap Nina sambil memegang kedua
pipinya dengan tanganku.
Sesaat kami berpandangan, tetapi
kemudian Nina menutup kedua matanya. Secara naluriah
kemudian kucium bibir Nina. Untuk sesaat, terasa bibir
Nina agak menutup rapat, tapi kemudian lama-lama melemah
dan membuka. Kukulum bibirnya dengan lembut. Lalu kujepit
bibir bawahnya dengan kedua bibirku, sambil kubelai bibir
bawahnya itu dengan lidahku. Kemudian kukulum lagi
lidahnya, terasa mulai ada respons dari Nina. Ia mulai
aktif membalas ciuman dan kulumanku. Secara refleks,
tanganku mulai membelai-belai payudaranya, dan sesekali
meremas dengan lembut.
Kemudian Nina melenguh, dan
melepaskan bibirnya dari bibirku dengan napas terengah-
engah. Matanya terbuka dan kemudian bibirnya tersenyum,
akupun tersenyum sambil memandangnya. “Aku belum pernah
dicium dengan cara tadi dan belum pernah ciuman selama
itu” kata Nina kepadaku. Aku diam saja sambil terus
membelai payudara Nina. Dengan gerakan memutar, aku
mengelus daerah puting payudaranya. Secara perlahan, aku
dapat merasakan bahwa putingnya makin lama makin
menonjol. Tanpa berkata-kata, kupeluk erat Nina, dan
kemudian kucium lagi.
“Nah begitu dong … ” kata Joko yang tanpa kami
sadari sudah berada di dekat kami. Nina dan aku sama-sama
terkejut dan agak terlonjak mendengar suara Joko. Tubuh
kami pun menjadi agak merenggang. “Ngaget-ngagetin saja
kamu Jok” kataku sambil merasa agak malu dan sedikit
terganggu, karena situasi tadi sempat membuaiku. “Sorry
deh .. kita ke kamar saja yuk” kata Joko. Kemudian kami
bertiga masuk ke salah satu kamar. Perkiraanku, kamar ini
bukanlah kamar mereka, karena terlihat agak kosong. Boleh
jadi kamar ini adalah kamar untuk tamu.
Di kamar Joko langsung duduk di kursi meja rias dan
berkata, “Terusin deh yang tadi … kaya’nya kalian sudah
mulai hot”. Namun kecanggungan kembali merajai situasi di
ruangan. Boleh jadi, keberadaan Joko menyebabkan kami
menjadi canggung. Nina hanya duduk diam di salah satu
sisi tempat tidur. Di sisi lainnya aku juga duduk
terdiam. Namun kemudian aku berkata “Rasanya canggung Jok
ada kamu disini”. Menyadari situasi, kemudian Joko
mengatakan bahwa ia akan keluar dulu dari kamar itu,
sementara kami mencoba untuk memadu kemesraan.
Setelah
Joko keluar kamar, baru terasa bahwa situasi menjadi
lebih rileks dan menyenangkan. Aku kemudian tersenyum,
sambil berjalan ke arah Nina.
Nina membalas senyumanku
itu sambil merentangkan tangannya dan memelukku ketika
aku sampai di hadapannya. Sambil duduk kami terus
berpelukan dan berciuman, sambil meraba-raba satu sama
lainnya. Secara tidak sadar posisi kami sudah setengah
berbaring. Kakiku dan kaki Nina masih terjuntai ke
lantai, tapi aku sudah dalam posisi menindih Nina.
Kuciumi payudara Nina, ia mulai menggeliat-menggeliat
sambil terkadang menarik nafas panjang. Nafasnya pun
terdengar semakin berat. Kubuka kancing-kancing baju
Nina, dan terlihatlah BH nya yang berwarna coklat muda.
Kusingkapkan BH sebelah kanan agak ke atas dan
tersembullah buah dada Nina yang cukup besar itu.
Putingnya tidak terlalu besar tetapi sudah cukup
menonjol. Tampaknya ia sudah mulai terangsang. Segera
kuciumi payudaranya dan kumainkan putingnya dengan bibir
dan lidahku, kadang-kadang kusedot putting payudaranya.
“Oooohhhhh …. ” lenguh Nina, satu saat ketika putingnya
kusedot.
Setelah cukup lama bermain-main dengan payudaranya,
kemudian ciumanku mulai turun ke arah perutnya. Nina
menggeliat kegelian. “Geli Mas” katanya. Seakan-akan
sudah janjian, kami kemudian merenggangkan tubuh kami dan
sama-sama bangkit duduk, sambil melepas pakaian masing-
masing, sehingga tinggal celana dalam kami masing-masing
saja yang masih melekat di tubuh kami. Kemudian,
kubaringkan Nina, dan kuciumi bagian dalam pahanya,
sambil menarik celana dalamnya ke bawah, sampai akhir
terlepas. Bulu-bulu di kemaluan Nina cukup lebat, tapi
garis kemaluannya masih cukup jelas terlihat. Kemudian,
kubuka celana dalamku sendiri, sehingga akhirnya kami
sama-sama telanjang bulat.
Kulihat Nina agak tertegun
melihat kemaluanku. “Kenapa Nin?” tanyaku “Tidak apa-apa”
jawabnya. Kemudian kutindih kembali Nina dan kuciumi
leher dan kupingnya. Kembali terdengar lenguhan-lenguhan
Nina. Agak berbeda dengan isteriku yang tidak banyak
mengeluarkan bunyi kalau kami sedang bermesraan, Nina
cukup banyak mengeluarkan bunyi, entah itu lenguhan
“Oooohhhhh” atau “eeggghhh” atau “heegg”, dan beberapa
bunyi lain yang tidak dapat aku ingat.
Kemaluanku yang
mulai membesar dan mengeras menempel di pahanya. Mungkin
tanpa disadari, tangan Nina bergerak-gerak seakan mencari
kemaluanku. Kuangkat sedikit pinggulku sehingga tangan
Nina dapat menyelinap ke sela-sela badan kami dan
akhirnya menyentuh kemaluanku. Dengan lembut kemaluanku
digenggamnya dan digeser-geserkan ke selangkangannya.
Nikmat rasanya, walaupun hanya bergesekan saja. Setelah
cukup tegang, Nina melepaskan genggamannya pada
kemaluanku dan kedua tanganya mulai mengusap-usap
punggungku sambil terkadang memeluk erat tubuhku yang ada
di atas tubuhnya.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya tambahan terlihat. Kami
sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat Joko berdiri
di ambang pintu sedang memandang kami. Joko tertegun dan
kemudian menganggukkan kepalanya. Aku tidak tahu apa
maksud dari anggukan kepalanya. Hanya aku sempat kesal
dan berpikir “waduh ini orang, selalu tidak sabaran dan
menggangu saja”.
Berusaha mengabaikan keberadan Joko,
kugesekkan terus kemaluanku di selangkangan Nina, yang
rasanya mulai membasah. Khawatir “turun” lagi situasi
yang sudah panas ini, kupegang kemaluanku dan mencoba
mengarahkannya ke lubang kemaluan Nina. Dengan sedikit
dorongan ekstra, akhirnya kemaluanku berhasil menembus
lubang kemaluan Nina. Pada dorongan pertama hanya
kepalanya saja yang masuk. Terasa hangat dan empuk
kemaluan Nina. Ketika kumasukkan, Nina mengeluh “aduuhh
…”. Kutarik dan kemudian kumasukkan lagi kemaluanku,
hasilnya lebih dalam dari yang pertama.
Pada enjotan
kelima, bersamaan dengan masuknya seluruh batang
kemaluanku ke lubang kemaluan Nina, Nina kembali mengeluh
“aduuhh sakit mas … ” katanya. Kudiamkan sebentar
kemaluanku di dalam kemaluan Nina. Kemudian kadang-kadang
kutegangkan kemaluanku yang masih didalam kemaluan Nina
dengan sedikit mengencangkan otot-otot selangkanganku.
Secara halus kurasakan kadang-kadang kemaluan Nina
berespons, dengan gerakan menyempit kemudian normal dan
menyempit lagi. Tatkala kutatap wajah Nina yang tersenyum
kecil, aku baru sadar bahwa ia memang sengaja membalas
gerakanku menegangkan kemaluanku tersebut dengan gerakan
vaginanya.
Beberapa lama kami berkomunikasi dengan
kemaluanku, tanpa Joko dapat melihatnya.
Tetapi kemudian
aku tidak tahan lagi. Segera kuenjot lagi pinggulku, kira-
kira pada enjotan yang ke sepuluh, aku tidak tahan lagi
dan akhirnya memuncratkan air maniku di dalam kemaluan
Nina. Entah karena sensasi pengalaman baru, entah karena
muculnya Joko, entah karena sudah cukup lama aku tidak
bersetubuh, yang menyebabkan aku eyakulasi lebih cepat
dari biasanya. Yang jelas aku terbaring di atas tubuh
Nina dan mebisikkan ke telinga Nina “Terima kasih Nin.
Punyamu sempit dan enak sekali”. Nina diam saja. Setelah
beberapa lama dalam posisi itu, kemudian Nina berkata
“Sesak nafasku mas, badanmu berat”.
Aku tahu diri dan
kemudian menggeser badanku ke samping dan berbaring
tertelentang menikmati pengalaman yang baru kurasakan.
Nina bangkit berdiri dan menutupi tubuhnya dengan
bajunya sambil berjalan ke luar. “Mau ke mana Nin” tanya
Joko ketika Nina lewat di hadapannya. “Ke kamar mandi”
jawab Nina singkat sambil terus keluar kamar. Menyadari
Joko masih berada di pintu kamar itu, aku segera bangkit
dan mengenakan pakaianku.
“Koq sebentar?” tanya Joko “Aku
sudah lama tidak begituan Jok” jawabku sambil memakai
celana panjangku. “Aku belum sempat melihat banyak lho”
kata Joko. “Mau nggak main sekali lagi?” tanya Joko. Aku
terdiam sesaat dan kemudian menjawab “Untuk kali ini
kayaknya cukup Jok” kataku. “Kalau pulangnya kemalaman,
nanti isteriku bisa curiga” lanjutku lagi. Kemudian kami
keluar kamar meuju ruang keluarga lagi. Di ruang
keluarga, aku dan Joko mendiskusikan pengalaman yang baru
terjadi. Joko mengatakan bahwa pengalaman itu sangat
merangsang dirinya.
Aku mengungkapkan secara terbuka
bahwa keberadaan Joko sedikit-banyak menghambat situasi
panas yang sedang meningkat. Akhirnya, aku mengungkapkan
bahwa aku mau pulang. Joko kemudian memanggil Nina, yang
ternyata masih berada di kamar mandi yang ada di dalam
kamar mereka. “Lama amat sih … ” kata Joko menyambut
Nina yang keluar dari kamar. “Maaf ” kata Nina singkat.
“Aku pulang ya Nin” kataku. “Iya Mas …” kata Nina
tersipu malu. Sambil pulang, terbayang kembali kejadian-
kejadian yang baru aku alami. Dan sesampainya di rumah,
aku sempat bermasturbasi di kamar mandi, sebelum akhirnya
berbaring di samping isteriku yang telah tertidur lelap.
Pada hari Seninnya, Nina meneleponku di kantor. Nina
menceritakan bahwa Joko agak marah pada dirinya, karena
persetubuhan antara Nina dengan aku hanya berlangsung
sebentar saja. Menurut Joko, Nina kurang melayani akau
dengan baik. Pendek kata, Joko tidak puas dan ingin
mengulangi lagi. Aku bilang pada Nina bahwa aku bersedia
lagi, jika Joko meminta lagi padaku. Kemudian secara
bergurau Nina berkata “Kalau aku yang minta bagaimana Mas
Bambang….?”.
“Maksudmu?” tanyaku. “Iya…. tadi kan Mas
Bambang bilang bahwa kalau Mas Bambang bersedia
bermesraan lagi denganku kalau Mas Joko meminta lagi pada
Mas Bambang. Nah …, maksudku kalau aku yang minta ke
Mas Bambang bagaimana?”. “Siapa yang takut” jawabku.
Sudah hilang rupanya kecanggungan Nina kepadaku. Boleh
jadi hal tersebut disebabkan karena kami sudah pernah me-
lakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami-istri.
“Emangnya kamu serius Nin, ingin lagi bermesraan
denganku” kataku lirih takut ada yang dengar. “Serius
mas, aku ingin mencoba tanpa ada mas Joko.
Rasanya,
keberadaan dia mengganggu moodku. Waktu itu, kan
sebenarnya aku sudah pengin banget, tapi pas Mas Joko
maksud, aku jadi agak terhambat deh. Mas Bambang
merasakan tidak sih waktu si ‘adek’ aku pijit-pijit pakai
kemaluanku?”. “Terasa koq Nin, aku baru sadar waktu aku
menatapmu” jawabku. “Waktu itu, sebenarnya aku sudah
ingin banget dipuaskan. Tapi sengaja, aku bilang bahwa
aku merasa akit. Soalnya, aku takut Mas Joko cemburu
karena aku jadinya juga menginginkan persetubuhan dengan
Mas. Padahal kan Mas Bambang bisa merasakan sendiri bahwa
saat itu kan aku sudah basah banget di bawah sana” kata
Nina. “Iya Nin, waktu itu aku agak bingung. Kamu sudah
basah, tapi koq masih bilang sakit” kataku.
“Pada awalnya
memang agak sakit sih Mas.. soalnya punyamu lebih besar
daripada punyanya Mas Joko.
Tapi, habis itu rasanya enak
sekali. Padat rasanya punyaku dan terasa punyamu
menggesek seluruh dinding kemaluanku” sambung Nina. “Nah,
pas mas sudah keluar, aku kan buru-buru pergi ke kamar
mandi dan agak lama di sana. Waktu itu, di kamar mandi
aku menuntaskan apa yang belum mas tuntaskan.” kata Nina
lagi. “Sorry deh Nin, abis waktu itu rasanya enak banget
dan aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan
isteriku” kataku.
“Mengenai permintaanku tadi bagaimana Mas?” tanya
Nina. “Bagaimana caranya dong, kita bisa berhubungan
tanpa sepengetahuan Joko?” tanyaku.
“Begini Mas,
kebetulan aku minggu depan ditugaskan ke Bandung
sendirian. Mas bisa menemui aku di Bandung kalau mau.”
kata Nina. Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu di
Bandung.
Setibanya di Bandung, nanti Nina akan
menghubungiku via handphone untuk memberitahukan ia
menginap di mana dan di kamar berapa.
Minggu depannya, setelah menerima telepon dari Nina,
jam 9 malam kutekan bel pintu kamarnya di hotel. Dengan
hanya mengenakan daster dan rambut terikat ke atas Nina
membuka pintu kamarnya. Bagaikan sepasang kekasih yang
sudah lama tidak bertemu, kami langsung berpelukan dan
berciuman segera setelah pintu kamar ditutup. Kutekan
tubuh Nina ke dinding, dan kugerayangi tubuhnya dengan
tetap tidak melepaskan ciuman kami. Karena tidak tahan,
segera kubopong Nina ke tempat tidur dan kemudian
kutindih dia dan terus kumesrai. “Mas … mas … stop
dulu dong … ” pinta Nina tersengal-sengal. “Kenapa Nin
?” tanyaku. “Mas ini ahh… baru datang langsung ganas
saja. Minum dulu kek atau lepas sepatu dulu kek” kata
Nina sambil bangkit lalu bersimpuh dihadapanku yang duduk
di tempat tidur. Nina kemudian dengan lembut membuka
sepatu dan kaus kakiku. Kemudian ia mengambilkan sandal
kamar yang disediakan oleh hotel dan memasangkannya ke
kakiku. Aku tersentuh dengan perlakuan Nina tersebut. Aku
belum pernah diperlakukan demikian oleh isteriku. “Aku
ambilkan minum dulu ya” kata Nina seraya berjalan ke arah
kulkas. Kemudian aku pindah duduk di kursi yang ada di
kamar itu. Nina meletakkan jus jeruk di meja sambil
mencubit tanganku dengan genit. Kurengkuh tubuh Nina,
tapi dia mengelak dan duduk di depan meja rias. Kuteguk
minuman yang disediakan Nina, sambil memandangi Nina yang
sedang menyisir rambutnya yang berantakan karena
serbuanku tadi.
Setelah membuka keran bathtub, kemudian Nina mengikat
kembali rambutnya di depan kaca di kamar mandi tersebut.
Kupeluk tubuhnya dari belakang. Kuraba-raba kedua
payudaranya dari belakang, terkadang kuremas lembut.
Sementara tangan kiriku tetap di dadanya, tangan kananku
turun merambat hingga di selangkangannya, kuusap-usap
daerah kemaluannya, diselingi dengan tekanan-tekanan
lembut berputar. Nina mulai mendesah-desah, tubuhnya
mulai menggeliat-geliat. Mendapat respons demikian, aku
menjadi semakin semangat. Kemudian dengan ganas kucium
tengkuknya, kadang-kadang menggesesr ke sekitar
kupingnya. Desahan dan geliatan Nina semakin menjadi-
jadi. Aku makin bertambah semangat lagi, dan tanpa
kusadari remasan tanganku baik pada payudaranya maupun
selangkangannya semakin menggebu-gebu. Aku tidak tahan
lagi dan kukatakan pada Nina “Nin … aku masukin ya
sebelum kita mandi”. Nina mengangguk perlahan.
Dengan cepat kulepaskan baju dan celanaku serta
celana dalamku. Habis itu, kusingkap daster Nina ke atas,
dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Lalu kutempelkan
kemaluanku yang dari tempat tidur tadi sudah tegang ku
belahan pantatnya, sehingga menyentuh bbir kemaluannya.
Dengan gerakan pelan kugesekkan kemaluanku ke
selangkangan Nina. Terasa hangat dan lembut. Pada posisi
ini, walaupun belum masuk ke vaginanya, aku sudah
merasakan jepitan pada kemaluanku. Mungkin itu jepitan
pahanya, tetapi mungkin juga jepitan dari bibir
kemaluannya.
Sementara itu, kedua payudara Nina terus
kuremas-remas. Kulirik ke kaca di depan kami, kepala Nina
hanya tertunduk saja, aku tidak dapat melihat wajahnya.
Sesekali kulihat kepalanya menggeleng ke kiri dan ke
kanan. Sesekali terdengar rintihannya “Masssssssssss,
shhhhhhhhh, shhhhhhh aduhhhhhh, ahhhhhhhhh …”. Setelah
kurasakan kemaluan Nina sudah mulai cukup basah, kupegang
kemaluanku dan kuarahkan ke vagina Nina. Secara perlahan
aku dorong kemaluan aku memasuki kemaluan Nina. “Aaawww
.asshhh” jerit Nina perlahan ketika kepala kemaluan aku
mulai masuk. Kutarik sedikit dan kemudian kutekan lagi
sehingga hampir seluruh kemaluanku masuk ke kemaluan
Nina. Setelah kudiamkan sebentar, kemudian aku mulai
menggerakkan kemaluanku maju mundur ke kemaluan Nina.
Desahan dan erangan Nina semakin sering terdengar. Ketika
kepala Nina mendongak ke belakang ke arahku, kulirik kaca
di depan kami, terlihat wajah Nina memerah dengan mata
terpejam. Suatu pemandangan yang sangat merangsang.
Kuteruskan gerakan-gerakanku dan karena nikmatnya, aku
tidak tahan lagi dan akhirnya dengan jeritan tertahan
kumuntahkan air maniku di dalam kemaluan Nina. Nina
menggeliat-geliat resah karena setelah eyakulasi,
gerakanku menjadi terhenti. “Mass .. aku belum nih ….
rasanya menggantung ….. ” kata Nina seakan-akan protes
dengan apa yang baru saja terjadi.
“Maaf deh Nin …. enak banget sih” kataku. “Sini aku
bantuin supaya kamu tuntas” sambungku lagi sambil menarik
tubuh Nina ke arah bathtub. Kemudian kami berdua masuk ke
dalam bathtub dalam posisi aku duduk di belakang Nina.
Tangan kiriku mulai kembali meraba-raba payudara Nina,
sedangkan tangan kananku berputar-putar menggerayangi
kemaluannya di dalam air. “Shhh oohhhh ..ahhh !!” kembali
terdengar bunyi-bunyian dari mulut Nina. Secara perlahan,
tubuh kami mulai setengah terbaring, dengan posisi
tubuhku bersandar pada ujung bathtub, sedangkan tubuh
Nina bersandar di tubuhku. Mulutku juga aktif menciumi
leher dan telinga Nina. Setelah beberapa lama kemudian
kurasakan tubuh Nina mulai menegang dan tanganku mulai
terjepit agak keras oleh kedua pangkal pahanya.
Kuteruskan gerakan-gerakanku, sampai akhirnya kudengar
jeritan tertahan “massss, acccchhhhhhh …… ” disertai
dengan jepitan yang sangat keras pada tangan kananku. Aku
menduga bahwa Nina sedang mencapai orgasme, dan ternyata
memang benar. Secara perlahan-lahan tubuh Nina yang
tadinya sangat tegang mulai mengendur dan rileks di
pelukanku. “Ma kasih ya mas ” kata Nina singkat. Sejenak
kami terdiam, dan setelah beberapa lama kemudian kami
mulai mandi, dengan saling menggosok tubuh kami satu sama
lainnya.
Setelah mandi, sambil berbaring berpelukan di tempat
tidur, kami membicarakan beberapa hal. Nina banyak
bercerita tentang hubungannya dengan Joko. Setelah
beberapa lama kemudian kembali kami memadu nafsu kami di
ranjang hotel yang sempit itu, sampai akhirnya kami
tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Keesokan paginya,
sebelum aku kembali ke Jakarta, kami sempat berhubungan
sekali lagi. Nina mengemukakan bahwa ada satu pengalaman
baru yang ia alami selama dua hari kami berhubungan,
yakni untuk pertama kalinya ia merasakan nikmatnya
kemaluannya diciumi. Menurut Nina, Joko tidak pernah mau
menciumi kemaluannya, tapi sering meminta Nina untuk
menciumi kemaluan Joko.
Seminggu setelah kejadian di Bandung tersebut, Joko
menelepon dan meminta kesediaanku untuk mencoba lagi
berhubungan dengan Nina. Seakan belum terjadi apa-apa,
aku mensyaratkan kepada Joko agar aku mencoba dulu
berhubungan dengan Nina tanpa dia di sekitar kami. Dengan
agak berat hati, Joko menyetujui syaratku itu. Belum tahu
saja dia … bahwa aku dengan Nina sudah cukup akrab,
bahkan sejak pulang dari Bandung, hampir tiap hari kami
berhubungan melalui telepon.
Pada hari yang telah kami sepakati, Joko pamit ingin
jalan-jalan setelah kami selesai makan malam di rumah
Joko. Sepeninggal Joko, Nina menghambur ke pelukanku
seraya mengungkapkan bahwa ia kangen sekali, sampai-
sampai hampir tiap hari ia bermasturbasi sambil mengingat-
ingat kejadian di Bandung. Kugendong tubuh Nina ke kamar
dimana kami untuk pertama kalinya bersetubuh. Sesampainya
di kamar itu, kubaringkan tubuh Nina di tempat tidur
dengan langsung menindih, menciumi dan meraba-raba
tubuhnya.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba meronta-ronta
dan kemudian bangkit duduk. Belum hilang rasa terkejut
dan bingungku, tiba-tiba lagi kemudian Nina mendorong
tubuhku hingga terbaring dan dengan cepat membukai
kancing bajuku dan kemudian melepaskan celana panjang dan
celana dalamku. Setelah itu ia dengan agresif mulai
menciumiku. Mulai bibir, kuping, merembet ke leher dan
dada. Bahkan Nina cukup lama menciumi dan mengulum
putingku. Geli-geli enak rasanya.
Dari dada, ciuman Nina merambat ke perut dan kemudian
ke pangkal paha. Berbeda dari perkiraan dan harapanku,
dari pangkal paha, ciuman Nina tidak menyentuh
kemaluanku. Padahal aku ingin sekali agar kemaluanku
dicium atau setidak-tidaknya diraba oleh Nina.
Ketika
ciuman Nina mulai turun, aku sebenarnya secara tidak
sadar sudah menarik kepala Nina agar berada tepat di
tengah selangkanganku. Tetapi, tampaknya Nina tidak
memenuhi keinginanku itu.
Bibir dan lidah Nina terus
merembet ke bawah, ke bagian dalam dari paha kananku
sampai ke dengkul, termasuk ke bagian belakang dari
dengkul. Di bagian belakang dengkul ini, kurasakan lidah
Nina menyapu-nyapu. Nikmat dan menggoda rasanya, karena
sebelumnya aku belum pernah merasakan hal itu. aku
hanya dapat mendesah dan menahan napas saja. Dari dengkul
kanan, Nina pindah ke dengkul kiri, dengan melakukan hal
yang sama. Secara perlahan kemudian merambat ke atas, ke
bagian dalam paha kiriku, kemudian ke pangkal paha. “Nin
…. Ayo dong” pintaku. Nina rupanya memang sengaja ingin
menggodaku. Agak berlama-lama ia menciumi pangkal pahaku,
dan bahkan kemudian turun lagi ke bawah. “Nin …. Please
….” pintaku lagi. Nina tidak juga segera memenuhi
permintaanku, tetapi ia kemudian mulai menciumi bagian
bawah kantung kemaluanku. Lumayanlah …. Batinku dalam
hati. Dan akhirnya, Nina mulai menciumi kemaluanku dari
samping, baik kiri maupun kanan, tetapi kepala kemaluanku
belum dijamahnya. Akhirnya, dengan sentakan yang cukup
keras, kutarik kepala Nina hingga mulutnya menyentuh
kepala kemaluanku. Mulailah ia mencium, menghisap dan
menyedot kemaluanku ….. hingga pada akhirnya kemaluanku
memuncratkan isinya. Aku agak terkejut sekaligus terharu
ketika Nina, menampun air maniku dimulutnya, bahkan
menelannya. Jangankan menelan, untuk sekedar menciumi
kemaluanku saja, isteriku sangat jarang. Hitungannya
masih bisa dihitung dengan jumlah jari dalam satu tangan.
Jijik dan tidak pantas kata isteriku. Terus terang, aku
merasa tersanjung waktu Nina menelan air maniku. Nina
….. Nina …..
“Tadi kamu ngeledek aku ya Nin …. ” kataku. “Orang
sudah pengen banget .. eh malah turun ke dengkul lagi ”
lanjutku lagi. Nina tertawa kecil dan kemudian berkata
“Tapi enak kan …” dengan yakin. “Uueenakk buaanget …
” jawabku. “Kamu tidak jijik Nin menelan maniku?”
lanjutku bertanya. “Biasanya sih iya” kata Nina, “tapi
tadi aku tidak sadar dan tidak merasa jijik, malah aku
juga ikut menikmatinya sepenuh hati” kata Nina. Dalam
hati aku membenarkan perkataan Nina. Ketika dimesrai Nina
tadi, aku merasakan pelayanan dan penyerahan yang total
dari Nina, bahkan tidak memperdulikan badanku yang belum
mandi, karena tadi aku langsung dari kantor ke tempat
ini. Suatu ketotalan yang bahkan rasanya belum pernah aku
dapatkan dalam berhubungan dengan isteriku. “Biasanya aku
menolak jika Mas Joko mau mengeluarkan maninya di
mulutku, apalagi menelannya” sambung Nina di tengah
lamunanku. “Ma kasih ya Nin” kataku sambil mengelus-elus
tubuhnya. “Aku juga mas” kata Nina. “Anggap saja itu
sebagai imbalan dari pengalaman baru yang Mas berikan di
Bandung waktu itu” kata Nina.
“Ya mana Nin?” tanyaku
sambil sekali-kali memberikan kecupan ringan di pipi dan
kupingnya. “Itu lho, yang punyaku Mas ciumin. Itu kan
juga sebelumnya aku tidak pernah mengalaminya” jawab Nina
sambil membalas elusanku, dengan mengelus-elus dadaku.
Kecupan-kecupan ringan terus kulakukan di wajah dan
kuping Nina. Bahkan aku mulai merembet turun ke leher,
dada, perut … dan akhirnya kubalas apa yang Nina
lakukan padaku. Ketika aku menciumi kemaluannya, Nina
membalikkan arah tubuhnya, sehingga kami bisa saling
meciumi kemaluan satu sama lainnya. Kadang-kadang Nina
berhenti mencium, ia hanya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Aku mengira ia sedang menikmati rangsangan-rangsangan
yang kuberikan. Pada posisi itu, entah berapa kali Nina
mengalami orgasme aku tidak tahu persis. Tetapi, aku
merasa setidaknya tubuh Nina sempat meregang-regang
secara ritmis sebanyak dua kali. Karena kemaluanku sudah
tegang, akhirnya kubalikkan tubuhku dan kumasukkan
kemaluanku ke kemaluan Nina. Kugerakkan pinggulku turun
naik. Sampai akhirnya aku eyakulasi di dalam kemaluan
Nina.
Di tengah perbincangan kami setelah permainan yang
melelahkan tersebut, Joko datang dan langsung masuk
kamar. Ia menanyakan bagaimana keadaan kami. Aku
mengatakan bahwa kami sudah berhasil melakukan intim.
Kemudian Joko meminta kami untuk bermain lagi. Tetapi,
entah kenapa, saat itu kemaluanku tidak lagi dapat
berdiri tegak. Setelah dicoba beberapa lam, tetap tidak
dapat tegak walaupun terkadang dapat agak membesar. Boleh
jadi, hal itu disebabkan karena aku sudah dua kali
mencapai kepuasan malam itu. Boleh jadi juga karena
keberadaan Joko mengurangi nafsu aku dan Nina. Joko
terlihat sedikit kecewa ketika kukenakan pakaianku dan
pamit pulang.
Keesokan siangnya Nina meneleponku di kantor. Dengan
terisak ia bercerita bahwa ia dan Joko baru saja
bertengkar hebat. Tanpa kami sadari, rupanya Joko merekam
dengan kamera video apa yang kami lakukan di kamar ketika
ia pergi. Melalui hasil rekaman itulah Joko mengetahui
apa yang kami lakukan di kamar itu. Joko sangat marah,
karena ketika ia tidak ada kami dapat berhubungan
sedemikian panas dan binal. Nina menceritakan bahwa Joko
juga mengungkit-ungkit beberapa hal yang tidak pernah
Nina lakukan padanya.
Khususnya karena Nina mau menerima
air maniku di mulutnya bahkan menelannya, serta Nina
bersedia menciumi kemaluanku setelah kemaluan tersebut
masuk ke dalam kemaluan Nina. “Sialan …” kataku dalam
hati. “Suka ngintip dan merekam, eh koq tidak sadar kalau
direkam”.
Kuberikan beberapa saran praktis untuk Nina saat itu,
sambil membuat janji untuk bertemu pada siang hari.
Setelah kejadian itu, Joko tidak pernah menghubungiku
atau meminta tolong lagi padaku. Tetapi, kadang-kadang
aku masih berhubungan intim dengan Nina. Entah itu di
hotel, di villa keluarga kami, bahkan pernah juga di
rumah Joko ketika ia bertugas ke anjungan minyak.
Diilhami dengan apa yang dilakukan Joko, dalam berbagai
kesempatan aku juga mencoba merekam permainanku dengan
Nina