Cerita Seks Aku dan Isteri Temanku – Kejadiannya bermula dari perjumpaan aku dengan seorang teman SMP aku di sebuah toko elektronik, ketika aku sedang membeli VCD Player. Pertemuan di toko itu kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama. Joko, teman aku itu, bekerja sebagai di salah satu perusahaan minyak. Karena ia bekerja di bagian produksi, maka waktunya lebih banyak dihabiskan di anjungan minyak lepas pantai. Dua minggu di anjungan, dan satu minggu kemudian ia bekerja di darat. Begitulah pola jadwal kerjanya. Ia
telah 5 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Nama isterinya adalah Nina, bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta. Pembicaraan di rumah
makan tersebut sedemikian mengasyikkan. Kami banyak mengenang berbagai kejadian lucu semasa kami di SMP dahulu. Bagaimana kami berusaha mengintip paha guru-guru wanita, cerita tentang Bibi Kantin, dan sebagainya. Tidak kami sadari, rupanya rumah makan itu akan segera tutup. Kemudian Joko mengajak aku ke rumahnya.
telah 5 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Nama isterinya adalah Nina, bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta. Pembicaraan di rumah
makan tersebut sedemikian mengasyikkan. Kami banyak mengenang berbagai kejadian lucu semasa kami di SMP dahulu. Bagaimana kami berusaha mengintip paha guru-guru wanita, cerita tentang Bibi Kantin, dan sebagainya. Tidak kami sadari, rupanya rumah makan itu akan segera tutup. Kemudian Joko mengajak aku ke rumahnya.
Rumah Joko sudah sepi ketika kami sampai di sana. Menjawab pertanyaan Joko, pembantu wanita yang membukakan pintu mengatakan bahwa isteri Joko telah masuk kamar dari
jam sembilan, mungkin sudah tidur katanya. Sambil duduk di ruang tamu menunggu Joko yang masuk ke kamarnya, aku mengamati rumah Joko yang cukup asri ini. Dari foto mereka yang terpajang, aku dapat melihat dan menilai
bahwa isterinya cukup menarik dan seksi. Ternyata penilaian aku tersebut tidak salah.
jam sembilan, mungkin sudah tidur katanya. Sambil duduk di ruang tamu menunggu Joko yang masuk ke kamarnya, aku mengamati rumah Joko yang cukup asri ini. Dari foto mereka yang terpajang, aku dapat melihat dan menilai
bahwa isterinya cukup menarik dan seksi. Ternyata penilaian aku tersebut tidak salah.
Dengan hanya mengenakan daster tanpa lengan dan sedikit terkantuk- kantuk ia menjulurkan tangannya “Nina” katanya. “Bambang” jawabku singkat.
Kemudian Nina mengatakan ia mohon maaf karena mengantuk sekali dan harus tidur cepat karena ia
mendapat jadwal mengajar pagi keesokan harinya. Tinggallah aku berdua dengan Joko melanjutkan
perbincangan kami. Sambil berbincang-bincang, kemudian Joko mencoba VCD yang baru dibelinya. VCD itu sendiri isinya film yang cukup terkenal (judulnya kalau tidak salah “Indecent Proposal”. Kurang lebih film itu berkisah
tentang tawaran dari seorang pria untuk memberikan sejumlah besar uang apabila ia diperbolehkan mengencani
isteri pria yang satunya tersebut.
mendapat jadwal mengajar pagi keesokan harinya. Tinggallah aku berdua dengan Joko melanjutkan
perbincangan kami. Sambil berbincang-bincang, kemudian Joko mencoba VCD yang baru dibelinya. VCD itu sendiri isinya film yang cukup terkenal (judulnya kalau tidak salah “Indecent Proposal”. Kurang lebih film itu berkisah
tentang tawaran dari seorang pria untuk memberikan sejumlah besar uang apabila ia diperbolehkan mengencani
isteri pria yang satunya tersebut.
Sambil menonton, Joko bertanya “Kalau kamu bagaimana Bang?” tanyanya. Aku menjawab “enggak tahu deh .. bingung”. Kemudian aku balik bertanya “Kalau kamu bagaimana Jok?”. Joko mengemukakan
bahwa kalau ia menghadapi situasi yang demikian, maka ia akan menerima tawaran itu.
bahwa kalau ia menghadapi situasi yang demikian, maka ia akan menerima tawaran itu.
Bahkan ia kemudian secara terbuka mengungkapkan kepadaku bahwa terkadang ia suka
membayangkan isterinya bersetubuh dengan orang lain.
membayangkan isterinya bersetubuh dengan orang lain.
Ia merasa janggal dengan keadaannya yang satu ini. Kemudian kami memperbincangkan berbagai hal lainnya. Menjelang tengah malam, akhirnya aku pamit, walaupun sebenarnya
masih banyak yang ingin kami perbincangkan. Dengan kesibukan masing-masing, selama hampir tiga
minggu kami tidak berkomunikasi. Sampai akhirnya di satu hari Kamis, ia menelepon aku di kantor menjelang jam
pulang kantor. Joko mengajak aku untuk bertemu di salah satu Cafe di bilangan Kemang. Karena tidak acara,
akhirnya aku menyanggupi ajakan tersebut. Rupanya Joko ingin membicarakan suatu hal yang agak pribadi, sehingga ia mengajak aku bertemu di cafe tersebut. Setelah pembicaraan basa-basi, akhirnya ia mengutarakan maksud utama mengapa ia mengajak aku bertemu.
masih banyak yang ingin kami perbincangkan. Dengan kesibukan masing-masing, selama hampir tiga
minggu kami tidak berkomunikasi. Sampai akhirnya di satu hari Kamis, ia menelepon aku di kantor menjelang jam
pulang kantor. Joko mengajak aku untuk bertemu di salah satu Cafe di bilangan Kemang. Karena tidak acara,
akhirnya aku menyanggupi ajakan tersebut. Rupanya Joko ingin membicarakan suatu hal yang agak pribadi, sehingga ia mengajak aku bertemu di cafe tersebut. Setelah pembicaraan basa-basi, akhirnya ia mengutarakan maksud utama mengapa ia mengajak aku bertemu.
“Begini Mbang” kata Joko sebagai pembukaan. “Sebetulnya aku agak sungkan mengemukakan hal yang akan
aku utarakan ini, karena sifatnya begitu pribadi” lanjutnya. “Mudah-mudahan kamu tidak terkejut dan tidak
berpikir yang bukan-bukan terhadap aku , setelah semuanya ini aku ungkapkan padamu” sambung Joko lagi. “Ada apa sih Jok” tanyaku penasaran.
aku utarakan ini, karena sifatnya begitu pribadi” lanjutnya. “Mudah-mudahan kamu tidak terkejut dan tidak
berpikir yang bukan-bukan terhadap aku , setelah semuanya ini aku ungkapkan padamu” sambung Joko lagi. “Ada apa sih Jok” tanyaku penasaran.
“Pernah tidak kamu membayangkan isterimu bermesraandengan orang lain” tanyanya. “Pernah” jawabku singkat dan sejujurnya memang demikian. “Aku juga” katanya. “Bahkan, aku sangat terangsang kalau membayangkan isteriku bersetubuh dengan laki-laki lain” lanjutnya. “Sebenarnya, secara tidak langsung aku pernah mengemukakan hal tersebut ketika kita nonton film di rumahku dulu” lanjutnya lagi. “Bayangan itu, hampir tiap malam singgah di kepalaku. Dan sepertinya aku tidak tahan lagi untuk mewujudkannya.” kata Joko sambil meneguk minumannya.
“Karena itulah, aku mengajakmu bertemu. Terus terang Mbang, aku mau minta
tolong padamu. Maukah kamu menyetubuhi isteriku ? Aku ingin melihat kamu menyetubuhi isteriku”
tolong padamu. Maukah kamu menyetubuhi isteriku ? Aku ingin melihat kamu menyetubuhi isteriku”
katanya malu- malu. Walaupun sebenarnya aku juga sudah menduga-duga kemungkinan akan hal itu, tetapi aku tetap tertegun mendengar ungkapan Joko tersebut. “Maaf ya Mbang, kalau permintaanku itu kurang enak buat kamu” kata Joko melihat aku diam saja. “Terus terang Jok, aku kaget dan agak bingung. Walaupun masih ada beberapa pertanyaan di benakku, tapi aku dapat memahami keinginanmu itu. Yang benar-benar membuatku bingung … kenapa aku yang kamu pilih untuk menyetubuhi isterimu.?” tanyaku.
“Ada beberapa alasan” jawab Joko. “Pertama, aku sudah cukup mengenal kamu, yang artinya kamu aku nilai tidak
akan sembarangan membocorkan rahasia ini kepada orang lain. Kedua, walaupun kita kenal sudah cukup lama, tapi kita kan tidak sering berhubungan. Aku pikir keadaan itu dapat mengurangi resiko timbulnya berbagai masalah yang lebih besar kemungkinannya timbul kalau yang menyetubuhi isteriku adalah orang yang bergaul sehari-hari dengan kami” lanjut Joko. “Maksudmu bagaimana Jok, aku agak kurang jelas?” tanyaku. “Begini, seumpamanya yang menyetubuhi isteriku itu tetanggaku atau teman kantorku, kan kejadian itu dapat menimbulkan situasi hubungan yang baru di antara kami.
akan sembarangan membocorkan rahasia ini kepada orang lain. Kedua, walaupun kita kenal sudah cukup lama, tapi kita kan tidak sering berhubungan. Aku pikir keadaan itu dapat mengurangi resiko timbulnya berbagai masalah yang lebih besar kemungkinannya timbul kalau yang menyetubuhi isteriku adalah orang yang bergaul sehari-hari dengan kami” lanjut Joko. “Maksudmu bagaimana Jok, aku agak kurang jelas?” tanyaku. “Begini, seumpamanya yang menyetubuhi isteriku itu tetanggaku atau teman kantorku, kan kejadian itu dapat menimbulkan situasi hubungan yang baru di antara kami.
Misalnya, jadi salah tingkah dalam berhubungan. Dan jika hal itu terjadi, akan lebih besar pengaruhnya dibandingkan jika dengan kamu. Karena, hamper tiap hari kan aku ketemu mereka.” kata Joko menjelaskan. “Kalau begitu, ada kemungkinan dong hubungan kita menjadi renggang?” tanyaku lebih jauh. “Itu kan cuma permisalan
saja” kata Joko. “Tapi kan aku harus tetap memperhitungkannya” kata Joko lagi. “Pertimbangan
lainnya” tanyaku lagi.
saja” kata Joko. “Tapi kan aku harus tetap memperhitungkannya” kata Joko lagi. “Pertimbangan
lainnya” tanyaku lagi.
“Terus terang Mbang, biar bagaimana juga kan aku harus pilih-pilih. Aku tidak mau dong orang sembarangan
yang menyetubuhi isteriku. Tampang dan kondisi sosial- ekonomi, setidaknya selevel denganku” kata Joko. “Kalau
orang sembarangan, isteriku juga belum tentu mau” lanjut Joko lagi.
yang menyetubuhi isteriku. Tampang dan kondisi sosial- ekonomi, setidaknya selevel denganku” kata Joko. “Kalau
orang sembarangan, isteriku juga belum tentu mau” lanjut Joko lagi.
Sex
“Memangnya hal ini sudah kamu bicarakan dengan isterimu?” tanyaku sambil meneguk Coca Cola yang ada di
hadapanku. Kemudian Joko mengatakan “Sudah tahunan Mbang aku mengungkapkan keinginanku ini ke Nina. Tapi dia selalu menolaknya. Ide gila katanya. Baru beberapa bulan yang lalu sikapnya agak melunak, karena kayaknya dia mulai takut aku ceraikan karena tidak punya anak. Tapi, sampai saat ini keinginanku itu belum terpenuhi. Kami belum menemukan orang yang benar-benar cocok dengan keinginan kami. Kadang aku yang tidak cocok, kadang dia yang tidak menyenangi orang yang aku usulkan. Ada juga yang alternatif orang yang kami berdua kurang cocok”.
“Memangnya hal ini sudah kamu bicarakan dengan isterimu?” tanyaku sambil meneguk Coca Cola yang ada di
hadapanku. Kemudian Joko mengatakan “Sudah tahunan Mbang aku mengungkapkan keinginanku ini ke Nina. Tapi dia selalu menolaknya. Ide gila katanya. Baru beberapa bulan yang lalu sikapnya agak melunak, karena kayaknya dia mulai takut aku ceraikan karena tidak punya anak. Tapi, sampai saat ini keinginanku itu belum terpenuhi. Kami belum menemukan orang yang benar-benar cocok dengan keinginan kami. Kadang aku yang tidak cocok, kadang dia yang tidak menyenangi orang yang aku usulkan. Ada juga yang alternatif orang yang kami berdua kurang cocok”.
“Memangnya kalau aku, isterimu sudah setuju?” potongku.
Joko menjawab “Aku sudah pernah membicarakan kamu sebagai
alternatif kepada Nina, dan responsnya menurutku lebih
baik dibandingkan dengan calon-calon sebelumnya”. “Apa
komentar Nina tentangku” tanyaku lagi. “Nina bilang kamu
‘boleh juga’, dan seperti penilaianku, Nina juga menilai
kamu cukup dikenal olehku, namun kita tidak terlalu dekat
dan tidak terlalu sering berhubungan dengan kami” jawab
Joko.
Joko menjawab “Aku sudah pernah membicarakan kamu sebagai
alternatif kepada Nina, dan responsnya menurutku lebih
baik dibandingkan dengan calon-calon sebelumnya”. “Apa
komentar Nina tentangku” tanyaku lagi. “Nina bilang kamu
‘boleh juga’, dan seperti penilaianku, Nina juga menilai
kamu cukup dikenal olehku, namun kita tidak terlalu dekat
dan tidak terlalu sering berhubungan dengan kami” jawab
Joko.
Setelah menanyakan beberapa hal lainnya, kemudian
aku mengatakan kepada Joko bahwa aku masih membutuhkan
waktu untuk berpikir. Alasan utama yang aku utarakan
adalah bahwa aku belum pernah melakukan hal tersebut.
Kemudian setelah kami berbincang-bincang tentang berbagai
hal lainnya, kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Pada malam saat aku berbicara dengan Joko di cafe‚
tersebut, aku sebenarnya sudah ingin memberikan jawaban
bersedia. Selain memang mungkin benar bahwa pria memiliki
kecenderungan untuk tidak puas dengan satu wanita saja,
juga didukung oleh situasi dimana satu bulan terakhir ini
isteriku sudah tidak mau diajak bersetubuh karena usia
kandungannya yang sudah tua.
aku mengatakan kepada Joko bahwa aku masih membutuhkan
waktu untuk berpikir. Alasan utama yang aku utarakan
adalah bahwa aku belum pernah melakukan hal tersebut.
Kemudian setelah kami berbincang-bincang tentang berbagai
hal lainnya, kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Pada malam saat aku berbicara dengan Joko di cafe‚
tersebut, aku sebenarnya sudah ingin memberikan jawaban
bersedia. Selain memang mungkin benar bahwa pria memiliki
kecenderungan untuk tidak puas dengan satu wanita saja,
juga didukung oleh situasi dimana satu bulan terakhir ini
isteriku sudah tidak mau diajak bersetubuh karena usia
kandungannya yang sudah tua.
Faktor kebat-kebit
sehubungan dengan hasratku terhadap mertuaku, juga
semakin menggelitik kebutuhan seksku. Satu-satunya hal
yang menunda persetujuanku adalah kekhawatiran akan
resiko dari memenuhi permintaan itu. Pertama, terus
terang aku takut affair tersebut akan diketahui orang dan
akhirnya sampai ke telinga keluargaku atau keluarga
isteriku.
sehubungan dengan hasratku terhadap mertuaku, juga
semakin menggelitik kebutuhan seksku. Satu-satunya hal
yang menunda persetujuanku adalah kekhawatiran akan
resiko dari memenuhi permintaan itu. Pertama, terus
terang aku takut affair tersebut akan diketahui orang dan
akhirnya sampai ke telinga keluargaku atau keluarga
isteriku.
Kedua, aku khawatir kalau Joko meminta imbalan
sebaliknya. Artinya, ia juga ingin menyetubuhi isteriku.
Aku khawatir kalau ia meminta hal ini, aku tidak dapat
memenuhinya. Isteriku kemungkinan besar akan menolak ide
itu, aku sendiripun masih bertanya-tanya apakah aku mau
membiarkan isteriku disetubuhi orang lain. Walaupun aku
terkadang memfantasikannya, kan tetap ada beda antara
fantasi dengan realita.
sebaliknya. Artinya, ia juga ingin menyetubuhi isteriku.
Aku khawatir kalau ia meminta hal ini, aku tidak dapat
memenuhinya. Isteriku kemungkinan besar akan menolak ide
itu, aku sendiripun masih bertanya-tanya apakah aku mau
membiarkan isteriku disetubuhi orang lain. Walaupun aku
terkadang memfantasikannya, kan tetap ada beda antara
fantasi dengan realita.
Setelah aku timbang-timbang kurang lebih selama
seminggu, dan setelah memperoleh konfirmasi dari Joko
bahwa ia tidak bermaksud untuk meminta imbalan
menyetubuhi isteriku, akhirnya aku memutuskan untuk
memenuhi tawaran dari Joko tersebut.
seminggu, dan setelah memperoleh konfirmasi dari Joko
bahwa ia tidak bermaksud untuk meminta imbalan
menyetubuhi isteriku, akhirnya aku memutuskan untuk
memenuhi tawaran dari Joko tersebut.
Kemudian, melalui
telepon aku memberitahu Joko, dan langsung saat itu juga
kami membuat janji untuk bertemu di rumah Joko pada hari
Jumat malam.
telepon aku memberitahu Joko, dan langsung saat itu juga
kami membuat janji untuk bertemu di rumah Joko pada hari
Jumat malam.
Dengan alasan ingin bertemu dengan teman lama,
setelah mandi dan sempat bermasturbasi di kamar mandi,
aku pamit pada isteriku dan berangkat ke rumah Joko.
setelah mandi dan sempat bermasturbasi di kamar mandi,
aku pamit pada isteriku dan berangkat ke rumah Joko.
Makan malam di rumah Joko berlangsung agak kaku. HanyaJoko saja yang banyak berbicara dan berusahamenghangatkan suasana. Aku hanya mengiyakan atau menjawabsingkat pertanyaan-pertanyaan Joko. Sementara itu, Nina lebih banyak menundukkan kepala dan terlihat agak jengah ketika bertemu pandang denganku. Yang ada di kepalaku saat itu, adalah bayangan bahwa sebentar lagi aku akan memesrai wanita ini. Beberapa kali aku sempat mencuri pandang ke arah Nina dengan agak menjelajahi tubuhnya.
Khususnya, ketika ia berdiri dan berjalan mengambil buah
untuk penutup makan malam itu.
Sehabis makan, ketika Nina membereskan meja makan,
Joko dan aku duduk-duduk di ruang keluarga. Beberapa
saat kemudian Nina masuk ke ruang keluarga itu, duduk di
salah satu sofa tunggal di ruang itu. Ia duduk dengan
kedua tangan menyatu dan diselipkan di antara kedua
kakinya. Terkesan sangat gugup, canggung dan agak
ketakutan. Suasana terasa sangat kaku, walaupun beberapa
kali Joko berusaha melucu. Tatapan kami lebih sering ke
arah televisi, tapi aku yakin kalau pikiran kami bukan ke
acara di televisi tersebut.
untuk penutup makan malam itu.
Sehabis makan, ketika Nina membereskan meja makan,
Joko dan aku duduk-duduk di ruang keluarga. Beberapa
saat kemudian Nina masuk ke ruang keluarga itu, duduk di
salah satu sofa tunggal di ruang itu. Ia duduk dengan
kedua tangan menyatu dan diselipkan di antara kedua
kakinya. Terkesan sangat gugup, canggung dan agak
ketakutan. Suasana terasa sangat kaku, walaupun beberapa
kali Joko berusaha melucu. Tatapan kami lebih sering ke
arah televisi, tapi aku yakin kalau pikiran kami bukan ke
acara di televisi tersebut.
Suatu saat Joko berdiri dan
kemudian menarik tangan Nina untuk bangun dari sofa yang
didudukinya. “Ada apa Mas?” tanya Nina keheranan. Tanpa
menjawab, Joko kemudian menuntun Nina ke arahku yang
duduk di sofa panjang, lalu mendudukkan Nina di
sampingku. “Apa-apaan sih” kata Nina sambil terduduk.
Situasinya semakin menjadi tidak enak dan semakin
canggung. “Kayaknya kamu terlalu maksa deh Jok” kataku
kepada Joko. Nina diam saja dengan wajah memerah,
campuran rasa malu dan canggung.
kemudian menarik tangan Nina untuk bangun dari sofa yang
didudukinya. “Ada apa Mas?” tanya Nina keheranan. Tanpa
menjawab, Joko kemudian menuntun Nina ke arahku yang
duduk di sofa panjang, lalu mendudukkan Nina di
sampingku. “Apa-apaan sih” kata Nina sambil terduduk.
Situasinya semakin menjadi tidak enak dan semakin
canggung. “Kayaknya kamu terlalu maksa deh Jok” kataku
kepada Joko. Nina diam saja dengan wajah memerah,
campuran rasa malu dan canggung.
“Sorry deh. Mungkin
lebih baik kalian berdua saja dulu untuk lebih akrab. Aku
ke teras depan dulu ya .. ” kata Joko sambil berjalan
meninggalkan kami.
“Kita batalin saja Nin, kalau kamu memang tidak mau”
kataku kepada Nina, sambil mengarahkan pandangan ke
televisi lagi. “Nggak apa-apa kok … aku memang sudah
menyanggupi hal ini pada Mas Joko. Cuma aku bingung saja
aku harus bagaimana”, jawab Nina. Kemudian aku memandang
wajah Nina, terlihat pipinya memerah kembali.
lebih baik kalian berdua saja dulu untuk lebih akrab. Aku
ke teras depan dulu ya .. ” kata Joko sambil berjalan
meninggalkan kami.
“Kita batalin saja Nin, kalau kamu memang tidak mau”
kataku kepada Nina, sambil mengarahkan pandangan ke
televisi lagi. “Nggak apa-apa kok … aku memang sudah
menyanggupi hal ini pada Mas Joko. Cuma aku bingung saja
aku harus bagaimana”, jawab Nina. Kemudian aku memandang
wajah Nina, terlihat pipinya memerah kembali.
“Aku juga
bingung, belum pengalaman sih” jawabku sambil
memberanikan diri memegang tangan Nina. Ia diam saja, dan
membiarkan tangannya kuelus-elus. Detak jantungku maupun
jantung Nina, semakin mengeras sejalan dengan kegugupan
kami masing-masing. Kemudian aku menyandarkan lenganku ke
bahunya, terasa hangat namun tetap gugup.
bingung, belum pengalaman sih” jawabku sambil
memberanikan diri memegang tangan Nina. Ia diam saja, dan
membiarkan tangannya kuelus-elus. Detak jantungku maupun
jantung Nina, semakin mengeras sejalan dengan kegugupan
kami masing-masing. Kemudian aku menyandarkan lenganku ke
bahunya, terasa hangat namun tetap gugup.
Kemudian kuusap-
usap rambutnya, turun ke leher, ke rambut lagi. Bolak-
balik begitu. Suasana terasa lebih rileks, dan kemudian
Nina menyandarkan kepalanya ke punggung tangan kiriku
yang ada di bahu kirinya. Kemudian tangan kanannya
menarik tangan kananku dan meletakkan di telapak tangan
kirinya, sambil tangan kanannya mengelus-elus punggung
tangan kananku. Saat itu, bagi kami, terasa lebih mudah
melakukan gerakan-gerakan dibandingkan dengan berbicara.
usap rambutnya, turun ke leher, ke rambut lagi. Bolak-
balik begitu. Suasana terasa lebih rileks, dan kemudian
Nina menyandarkan kepalanya ke punggung tangan kiriku
yang ada di bahu kirinya. Kemudian tangan kanannya
menarik tangan kananku dan meletakkan di telapak tangan
kirinya, sambil tangan kanannya mengelus-elus punggung
tangan kananku. Saat itu, bagi kami, terasa lebih mudah
melakukan gerakan-gerakan dibandingkan dengan berbicara.
Setelah beberapa saat, kemudian aku menarik kedua
tanganku, dan duduk menghadap Nina sambil memegang kedua
pipinya dengan tanganku.
tanganku, dan duduk menghadap Nina sambil memegang kedua
pipinya dengan tanganku.
Sesaat kami berpandangan, tetapi
kemudian Nina menutup kedua matanya. Secara naluriah
kemudian kucium bibir Nina. Untuk sesaat, terasa bibir
Nina agak menutup rapat, tapi kemudian lama-lama melemah
dan membuka. Kukulum bibirnya dengan lembut. Lalu kujepit
bibir bawahnya dengan kedua bibirku, sambil kubelai bibir
bawahnya itu dengan lidahku. Kemudian kukulum lagi
lidahnya, terasa mulai ada respons dari Nina. Ia mulai
aktif membalas ciuman dan kulumanku. Secara refleks,
tanganku mulai membelai-belai payudaranya, dan sesekali
meremas dengan lembut.
kemudian Nina menutup kedua matanya. Secara naluriah
kemudian kucium bibir Nina. Untuk sesaat, terasa bibir
Nina agak menutup rapat, tapi kemudian lama-lama melemah
dan membuka. Kukulum bibirnya dengan lembut. Lalu kujepit
bibir bawahnya dengan kedua bibirku, sambil kubelai bibir
bawahnya itu dengan lidahku. Kemudian kukulum lagi
lidahnya, terasa mulai ada respons dari Nina. Ia mulai
aktif membalas ciuman dan kulumanku. Secara refleks,
tanganku mulai membelai-belai payudaranya, dan sesekali
meremas dengan lembut.
Kemudian Nina melenguh, dan
melepaskan bibirnya dari bibirku dengan napas terengah-
engah. Matanya terbuka dan kemudian bibirnya tersenyum,
akupun tersenyum sambil memandangnya. “Aku belum pernah
dicium dengan cara tadi dan belum pernah ciuman selama
itu” kata Nina kepadaku. Aku diam saja sambil terus
membelai payudara Nina. Dengan gerakan memutar, aku
mengelus daerah puting payudaranya. Secara perlahan, aku
dapat merasakan bahwa putingnya makin lama makin
menonjol. Tanpa berkata-kata, kupeluk erat Nina, dan
kemudian kucium lagi.
melepaskan bibirnya dari bibirku dengan napas terengah-
engah. Matanya terbuka dan kemudian bibirnya tersenyum,
akupun tersenyum sambil memandangnya. “Aku belum pernah
dicium dengan cara tadi dan belum pernah ciuman selama
itu” kata Nina kepadaku. Aku diam saja sambil terus
membelai payudara Nina. Dengan gerakan memutar, aku
mengelus daerah puting payudaranya. Secara perlahan, aku
dapat merasakan bahwa putingnya makin lama makin
menonjol. Tanpa berkata-kata, kupeluk erat Nina, dan
kemudian kucium lagi.
“Nah begitu dong … ” kata Joko yang tanpa kami
sadari sudah berada di dekat kami. Nina dan aku sama-sama
terkejut dan agak terlonjak mendengar suara Joko. Tubuh
kami pun menjadi agak merenggang. “Ngaget-ngagetin saja
kamu Jok” kataku sambil merasa agak malu dan sedikit
terganggu, karena situasi tadi sempat membuaiku. “Sorry
deh .. kita ke kamar saja yuk” kata Joko. Kemudian kami
bertiga masuk ke salah satu kamar. Perkiraanku, kamar ini
bukanlah kamar mereka, karena terlihat agak kosong. Boleh
jadi kamar ini adalah kamar untuk tamu.
sadari sudah berada di dekat kami. Nina dan aku sama-sama
terkejut dan agak terlonjak mendengar suara Joko. Tubuh
kami pun menjadi agak merenggang. “Ngaget-ngagetin saja
kamu Jok” kataku sambil merasa agak malu dan sedikit
terganggu, karena situasi tadi sempat membuaiku. “Sorry
deh .. kita ke kamar saja yuk” kata Joko. Kemudian kami
bertiga masuk ke salah satu kamar. Perkiraanku, kamar ini
bukanlah kamar mereka, karena terlihat agak kosong. Boleh
jadi kamar ini adalah kamar untuk tamu.
Di kamar Joko langsung duduk di kursi meja rias dan
berkata, “Terusin deh yang tadi … kaya’nya kalian sudah
mulai hot”. Namun kecanggungan kembali merajai situasi di
ruangan. Boleh jadi, keberadaan Joko menyebabkan kami
menjadi canggung. Nina hanya duduk diam di salah satu
sisi tempat tidur. Di sisi lainnya aku juga duduk
terdiam. Namun kemudian aku berkata “Rasanya canggung Jok
ada kamu disini”. Menyadari situasi, kemudian Joko
mengatakan bahwa ia akan keluar dulu dari kamar itu,
sementara kami mencoba untuk memadu kemesraan.
berkata, “Terusin deh yang tadi … kaya’nya kalian sudah
mulai hot”. Namun kecanggungan kembali merajai situasi di
ruangan. Boleh jadi, keberadaan Joko menyebabkan kami
menjadi canggung. Nina hanya duduk diam di salah satu
sisi tempat tidur. Di sisi lainnya aku juga duduk
terdiam. Namun kemudian aku berkata “Rasanya canggung Jok
ada kamu disini”. Menyadari situasi, kemudian Joko
mengatakan bahwa ia akan keluar dulu dari kamar itu,
sementara kami mencoba untuk memadu kemesraan.
Setelah
Joko keluar kamar, baru terasa bahwa situasi menjadi
lebih rileks dan menyenangkan. Aku kemudian tersenyum,
sambil berjalan ke arah Nina.
Joko keluar kamar, baru terasa bahwa situasi menjadi
lebih rileks dan menyenangkan. Aku kemudian tersenyum,
sambil berjalan ke arah Nina.
Nina membalas senyumanku
itu sambil merentangkan tangannya dan memelukku ketika
aku sampai di hadapannya. Sambil duduk kami terus
berpelukan dan berciuman, sambil meraba-raba satu sama
lainnya. Secara tidak sadar posisi kami sudah setengah
berbaring. Kakiku dan kaki Nina masih terjuntai ke
lantai, tapi aku sudah dalam posisi menindih Nina.
Kuciumi payudara Nina, ia mulai menggeliat-menggeliat
sambil terkadang menarik nafas panjang. Nafasnya pun
terdengar semakin berat. Kubuka kancing-kancing baju
Nina, dan terlihatlah BH nya yang berwarna coklat muda.
Kusingkapkan BH sebelah kanan agak ke atas dan
tersembullah buah dada Nina yang cukup besar itu.
itu sambil merentangkan tangannya dan memelukku ketika
aku sampai di hadapannya. Sambil duduk kami terus
berpelukan dan berciuman, sambil meraba-raba satu sama
lainnya. Secara tidak sadar posisi kami sudah setengah
berbaring. Kakiku dan kaki Nina masih terjuntai ke
lantai, tapi aku sudah dalam posisi menindih Nina.
Kuciumi payudara Nina, ia mulai menggeliat-menggeliat
sambil terkadang menarik nafas panjang. Nafasnya pun
terdengar semakin berat. Kubuka kancing-kancing baju
Nina, dan terlihatlah BH nya yang berwarna coklat muda.
Kusingkapkan BH sebelah kanan agak ke atas dan
tersembullah buah dada Nina yang cukup besar itu.
Putingnya tidak terlalu besar tetapi sudah cukup
menonjol. Tampaknya ia sudah mulai terangsang. Segera
kuciumi payudaranya dan kumainkan putingnya dengan bibir
dan lidahku, kadang-kadang kusedot putting payudaranya.
“Oooohhhhh …. ” lenguh Nina, satu saat ketika putingnya
kusedot.
menonjol. Tampaknya ia sudah mulai terangsang. Segera
kuciumi payudaranya dan kumainkan putingnya dengan bibir
dan lidahku, kadang-kadang kusedot putting payudaranya.
“Oooohhhhh …. ” lenguh Nina, satu saat ketika putingnya
kusedot.
Setelah cukup lama bermain-main dengan payudaranya,
kemudian ciumanku mulai turun ke arah perutnya. Nina
menggeliat kegelian. “Geli Mas” katanya. Seakan-akan
sudah janjian, kami kemudian merenggangkan tubuh kami dan
sama-sama bangkit duduk, sambil melepas pakaian masing-
masing, sehingga tinggal celana dalam kami masing-masing
saja yang masih melekat di tubuh kami. Kemudian,
kubaringkan Nina, dan kuciumi bagian dalam pahanya,
sambil menarik celana dalamnya ke bawah, sampai akhir
terlepas. Bulu-bulu di kemaluan Nina cukup lebat, tapi
garis kemaluannya masih cukup jelas terlihat. Kemudian,
kubuka celana dalamku sendiri, sehingga akhirnya kami
sama-sama telanjang bulat.
kemudian ciumanku mulai turun ke arah perutnya. Nina
menggeliat kegelian. “Geli Mas” katanya. Seakan-akan
sudah janjian, kami kemudian merenggangkan tubuh kami dan
sama-sama bangkit duduk, sambil melepas pakaian masing-
masing, sehingga tinggal celana dalam kami masing-masing
saja yang masih melekat di tubuh kami. Kemudian,
kubaringkan Nina, dan kuciumi bagian dalam pahanya,
sambil menarik celana dalamnya ke bawah, sampai akhir
terlepas. Bulu-bulu di kemaluan Nina cukup lebat, tapi
garis kemaluannya masih cukup jelas terlihat. Kemudian,
kubuka celana dalamku sendiri, sehingga akhirnya kami
sama-sama telanjang bulat.
Kulihat Nina agak tertegun
melihat kemaluanku. “Kenapa Nin?” tanyaku “Tidak apa-apa”
jawabnya. Kemudian kutindih kembali Nina dan kuciumi
leher dan kupingnya. Kembali terdengar lenguhan-lenguhan
Nina. Agak berbeda dengan isteriku yang tidak banyak
mengeluarkan bunyi kalau kami sedang bermesraan, Nina
cukup banyak mengeluarkan bunyi, entah itu lenguhan
“Oooohhhhh” atau “eeggghhh” atau “heegg”, dan beberapa
bunyi lain yang tidak dapat aku ingat.
melihat kemaluanku. “Kenapa Nin?” tanyaku “Tidak apa-apa”
jawabnya. Kemudian kutindih kembali Nina dan kuciumi
leher dan kupingnya. Kembali terdengar lenguhan-lenguhan
Nina. Agak berbeda dengan isteriku yang tidak banyak
mengeluarkan bunyi kalau kami sedang bermesraan, Nina
cukup banyak mengeluarkan bunyi, entah itu lenguhan
“Oooohhhhh” atau “eeggghhh” atau “heegg”, dan beberapa
bunyi lain yang tidak dapat aku ingat.
Kemaluanku yang
mulai membesar dan mengeras menempel di pahanya. Mungkin
tanpa disadari, tangan Nina bergerak-gerak seakan mencari
kemaluanku. Kuangkat sedikit pinggulku sehingga tangan
Nina dapat menyelinap ke sela-sela badan kami dan
akhirnya menyentuh kemaluanku. Dengan lembut kemaluanku
digenggamnya dan digeser-geserkan ke selangkangannya.
mulai membesar dan mengeras menempel di pahanya. Mungkin
tanpa disadari, tangan Nina bergerak-gerak seakan mencari
kemaluanku. Kuangkat sedikit pinggulku sehingga tangan
Nina dapat menyelinap ke sela-sela badan kami dan
akhirnya menyentuh kemaluanku. Dengan lembut kemaluanku
digenggamnya dan digeser-geserkan ke selangkangannya.
Nikmat rasanya, walaupun hanya bergesekan saja. Setelah
cukup tegang, Nina melepaskan genggamannya pada
kemaluanku dan kedua tanganya mulai mengusap-usap
punggungku sambil terkadang memeluk erat tubuhku yang ada
di atas tubuhnya.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya tambahan terlihat. Kami
sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat Joko berdiri
di ambang pintu sedang memandang kami. Joko tertegun dan
kemudian menganggukkan kepalanya. Aku tidak tahu apa
maksud dari anggukan kepalanya. Hanya aku sempat kesal
dan berpikir “waduh ini orang, selalu tidak sabaran dan
menggangu saja”.
cukup tegang, Nina melepaskan genggamannya pada
kemaluanku dan kedua tanganya mulai mengusap-usap
punggungku sambil terkadang memeluk erat tubuhku yang ada
di atas tubuhnya.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya tambahan terlihat. Kami
sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat Joko berdiri
di ambang pintu sedang memandang kami. Joko tertegun dan
kemudian menganggukkan kepalanya. Aku tidak tahu apa
maksud dari anggukan kepalanya. Hanya aku sempat kesal
dan berpikir “waduh ini orang, selalu tidak sabaran dan
menggangu saja”.
Berusaha mengabaikan keberadan Joko,
kugesekkan terus kemaluanku di selangkangan Nina, yang
rasanya mulai membasah. Khawatir “turun” lagi situasi
yang sudah panas ini, kupegang kemaluanku dan mencoba
mengarahkannya ke lubang kemaluan Nina. Dengan sedikit
dorongan ekstra, akhirnya kemaluanku berhasil menembus
lubang kemaluan Nina. Pada dorongan pertama hanya
kepalanya saja yang masuk. Terasa hangat dan empuk
kemaluan Nina. Ketika kumasukkan, Nina mengeluh “aduuhh
…”. Kutarik dan kemudian kumasukkan lagi kemaluanku,
hasilnya lebih dalam dari yang pertama.
kugesekkan terus kemaluanku di selangkangan Nina, yang
rasanya mulai membasah. Khawatir “turun” lagi situasi
yang sudah panas ini, kupegang kemaluanku dan mencoba
mengarahkannya ke lubang kemaluan Nina. Dengan sedikit
dorongan ekstra, akhirnya kemaluanku berhasil menembus
lubang kemaluan Nina. Pada dorongan pertama hanya
kepalanya saja yang masuk. Terasa hangat dan empuk
kemaluan Nina. Ketika kumasukkan, Nina mengeluh “aduuhh
…”. Kutarik dan kemudian kumasukkan lagi kemaluanku,
hasilnya lebih dalam dari yang pertama.
Pada enjotan
kelima, bersamaan dengan masuknya seluruh batang
kemaluanku ke lubang kemaluan Nina, Nina kembali mengeluh
“aduuhh sakit mas … ” katanya. Kudiamkan sebentar
kemaluanku di dalam kemaluan Nina. Kemudian kadang-kadang
kutegangkan kemaluanku yang masih didalam kemaluan Nina
dengan sedikit mengencangkan otot-otot selangkanganku.
Secara halus kurasakan kadang-kadang kemaluan Nina
berespons, dengan gerakan menyempit kemudian normal dan
menyempit lagi. Tatkala kutatap wajah Nina yang tersenyum
kecil, aku baru sadar bahwa ia memang sengaja membalas
gerakanku menegangkan kemaluanku tersebut dengan gerakan
vaginanya.
kelima, bersamaan dengan masuknya seluruh batang
kemaluanku ke lubang kemaluan Nina, Nina kembali mengeluh
“aduuhh sakit mas … ” katanya. Kudiamkan sebentar
kemaluanku di dalam kemaluan Nina. Kemudian kadang-kadang
kutegangkan kemaluanku yang masih didalam kemaluan Nina
dengan sedikit mengencangkan otot-otot selangkanganku.
Secara halus kurasakan kadang-kadang kemaluan Nina
berespons, dengan gerakan menyempit kemudian normal dan
menyempit lagi. Tatkala kutatap wajah Nina yang tersenyum
kecil, aku baru sadar bahwa ia memang sengaja membalas
gerakanku menegangkan kemaluanku tersebut dengan gerakan
vaginanya.
Beberapa lama kami berkomunikasi dengan
kemaluanku, tanpa Joko dapat melihatnya.
kemaluanku, tanpa Joko dapat melihatnya.
Tetapi kemudian
aku tidak tahan lagi. Segera kuenjot lagi pinggulku, kira-
kira pada enjotan yang ke sepuluh, aku tidak tahan lagi
dan akhirnya memuncratkan air maniku di dalam kemaluan
Nina. Entah karena sensasi pengalaman baru, entah karena
muculnya Joko, entah karena sudah cukup lama aku tidak
bersetubuh, yang menyebabkan aku eyakulasi lebih cepat
dari biasanya. Yang jelas aku terbaring di atas tubuh
Nina dan mebisikkan ke telinga Nina “Terima kasih Nin.
Punyamu sempit dan enak sekali”. Nina diam saja. Setelah
beberapa lama dalam posisi itu, kemudian Nina berkata
“Sesak nafasku mas, badanmu berat”.
aku tidak tahan lagi. Segera kuenjot lagi pinggulku, kira-
kira pada enjotan yang ke sepuluh, aku tidak tahan lagi
dan akhirnya memuncratkan air maniku di dalam kemaluan
Nina. Entah karena sensasi pengalaman baru, entah karena
muculnya Joko, entah karena sudah cukup lama aku tidak
bersetubuh, yang menyebabkan aku eyakulasi lebih cepat
dari biasanya. Yang jelas aku terbaring di atas tubuh
Nina dan mebisikkan ke telinga Nina “Terima kasih Nin.
Punyamu sempit dan enak sekali”. Nina diam saja. Setelah
beberapa lama dalam posisi itu, kemudian Nina berkata
“Sesak nafasku mas, badanmu berat”.
Aku tahu diri dan
kemudian menggeser badanku ke samping dan berbaring
tertelentang menikmati pengalaman yang baru kurasakan.
Nina bangkit berdiri dan menutupi tubuhnya dengan
bajunya sambil berjalan ke luar. “Mau ke mana Nin” tanya
Joko ketika Nina lewat di hadapannya. “Ke kamar mandi”
jawab Nina singkat sambil terus keluar kamar. Menyadari
Joko masih berada di pintu kamar itu, aku segera bangkit
dan mengenakan pakaianku.
kemudian menggeser badanku ke samping dan berbaring
tertelentang menikmati pengalaman yang baru kurasakan.
Nina bangkit berdiri dan menutupi tubuhnya dengan
bajunya sambil berjalan ke luar. “Mau ke mana Nin” tanya
Joko ketika Nina lewat di hadapannya. “Ke kamar mandi”
jawab Nina singkat sambil terus keluar kamar. Menyadari
Joko masih berada di pintu kamar itu, aku segera bangkit
dan mengenakan pakaianku.
“Koq sebentar?” tanya Joko “Aku
sudah lama tidak begituan Jok” jawabku sambil memakai
celana panjangku. “Aku belum sempat melihat banyak lho”
kata Joko. “Mau nggak main sekali lagi?” tanya Joko. Aku
terdiam sesaat dan kemudian menjawab “Untuk kali ini
kayaknya cukup Jok” kataku. “Kalau pulangnya kemalaman,
nanti isteriku bisa curiga” lanjutku lagi. Kemudian kami
keluar kamar meuju ruang keluarga lagi. Di ruang
keluarga, aku dan Joko mendiskusikan pengalaman yang baru
terjadi. Joko mengatakan bahwa pengalaman itu sangat
merangsang dirinya.
sudah lama tidak begituan Jok” jawabku sambil memakai
celana panjangku. “Aku belum sempat melihat banyak lho”
kata Joko. “Mau nggak main sekali lagi?” tanya Joko. Aku
terdiam sesaat dan kemudian menjawab “Untuk kali ini
kayaknya cukup Jok” kataku. “Kalau pulangnya kemalaman,
nanti isteriku bisa curiga” lanjutku lagi. Kemudian kami
keluar kamar meuju ruang keluarga lagi. Di ruang
keluarga, aku dan Joko mendiskusikan pengalaman yang baru
terjadi. Joko mengatakan bahwa pengalaman itu sangat
merangsang dirinya.
Aku mengungkapkan secara terbuka
bahwa keberadaan Joko sedikit-banyak menghambat situasi
panas yang sedang meningkat. Akhirnya, aku mengungkapkan
bahwa aku mau pulang. Joko kemudian memanggil Nina, yang
ternyata masih berada di kamar mandi yang ada di dalam
kamar mereka. “Lama amat sih … ” kata Joko menyambut
Nina yang keluar dari kamar. “Maaf ” kata Nina singkat.
“Aku pulang ya Nin” kataku. “Iya Mas …” kata Nina
tersipu malu. Sambil pulang, terbayang kembali kejadian-
kejadian yang baru aku alami. Dan sesampainya di rumah,
aku sempat bermasturbasi di kamar mandi, sebelum akhirnya
berbaring di samping isteriku yang telah tertidur lelap.
bahwa keberadaan Joko sedikit-banyak menghambat situasi
panas yang sedang meningkat. Akhirnya, aku mengungkapkan
bahwa aku mau pulang. Joko kemudian memanggil Nina, yang
ternyata masih berada di kamar mandi yang ada di dalam
kamar mereka. “Lama amat sih … ” kata Joko menyambut
Nina yang keluar dari kamar. “Maaf ” kata Nina singkat.
“Aku pulang ya Nin” kataku. “Iya Mas …” kata Nina
tersipu malu. Sambil pulang, terbayang kembali kejadian-
kejadian yang baru aku alami. Dan sesampainya di rumah,
aku sempat bermasturbasi di kamar mandi, sebelum akhirnya
berbaring di samping isteriku yang telah tertidur lelap.
Pada hari Seninnya, Nina meneleponku di kantor. Nina
menceritakan bahwa Joko agak marah pada dirinya, karena
persetubuhan antara Nina dengan aku hanya berlangsung
sebentar saja. Menurut Joko, Nina kurang melayani akau
dengan baik. Pendek kata, Joko tidak puas dan ingin
mengulangi lagi. Aku bilang pada Nina bahwa aku bersedia
lagi, jika Joko meminta lagi padaku. Kemudian secara
bergurau Nina berkata “Kalau aku yang minta bagaimana Mas
Bambang….?”.
menceritakan bahwa Joko agak marah pada dirinya, karena
persetubuhan antara Nina dengan aku hanya berlangsung
sebentar saja. Menurut Joko, Nina kurang melayani akau
dengan baik. Pendek kata, Joko tidak puas dan ingin
mengulangi lagi. Aku bilang pada Nina bahwa aku bersedia
lagi, jika Joko meminta lagi padaku. Kemudian secara
bergurau Nina berkata “Kalau aku yang minta bagaimana Mas
Bambang….?”.
“Maksudmu?” tanyaku. “Iya…. tadi kan Mas
Bambang bilang bahwa kalau Mas Bambang bersedia
bermesraan lagi denganku kalau Mas Joko meminta lagi pada
Mas Bambang. Nah …, maksudku kalau aku yang minta ke
Mas Bambang bagaimana?”. “Siapa yang takut” jawabku.
Sudah hilang rupanya kecanggungan Nina kepadaku. Boleh
jadi hal tersebut disebabkan karena kami sudah pernah me-
lakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami-istri.
“Emangnya kamu serius Nin, ingin lagi bermesraan
denganku” kataku lirih takut ada yang dengar. “Serius
mas, aku ingin mencoba tanpa ada mas Joko.
Bambang bilang bahwa kalau Mas Bambang bersedia
bermesraan lagi denganku kalau Mas Joko meminta lagi pada
Mas Bambang. Nah …, maksudku kalau aku yang minta ke
Mas Bambang bagaimana?”. “Siapa yang takut” jawabku.
Sudah hilang rupanya kecanggungan Nina kepadaku. Boleh
jadi hal tersebut disebabkan karena kami sudah pernah me-
lakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami-istri.
“Emangnya kamu serius Nin, ingin lagi bermesraan
denganku” kataku lirih takut ada yang dengar. “Serius
mas, aku ingin mencoba tanpa ada mas Joko.
Rasanya,
keberadaan dia mengganggu moodku. Waktu itu, kan
sebenarnya aku sudah pengin banget, tapi pas Mas Joko
maksud, aku jadi agak terhambat deh. Mas Bambang
merasakan tidak sih waktu si ‘adek’ aku pijit-pijit pakai
kemaluanku?”. “Terasa koq Nin, aku baru sadar waktu aku
menatapmu” jawabku. “Waktu itu, sebenarnya aku sudah
ingin banget dipuaskan. Tapi sengaja, aku bilang bahwa
aku merasa akit. Soalnya, aku takut Mas Joko cemburu
karena aku jadinya juga menginginkan persetubuhan dengan
Mas. Padahal kan Mas Bambang bisa merasakan sendiri bahwa
saat itu kan aku sudah basah banget di bawah sana” kata
Nina. “Iya Nin, waktu itu aku agak bingung. Kamu sudah
basah, tapi koq masih bilang sakit” kataku.
keberadaan dia mengganggu moodku. Waktu itu, kan
sebenarnya aku sudah pengin banget, tapi pas Mas Joko
maksud, aku jadi agak terhambat deh. Mas Bambang
merasakan tidak sih waktu si ‘adek’ aku pijit-pijit pakai
kemaluanku?”. “Terasa koq Nin, aku baru sadar waktu aku
menatapmu” jawabku. “Waktu itu, sebenarnya aku sudah
ingin banget dipuaskan. Tapi sengaja, aku bilang bahwa
aku merasa akit. Soalnya, aku takut Mas Joko cemburu
karena aku jadinya juga menginginkan persetubuhan dengan
Mas. Padahal kan Mas Bambang bisa merasakan sendiri bahwa
saat itu kan aku sudah basah banget di bawah sana” kata
Nina. “Iya Nin, waktu itu aku agak bingung. Kamu sudah
basah, tapi koq masih bilang sakit” kataku.
“Pada awalnya
memang agak sakit sih Mas.. soalnya punyamu lebih besar
daripada punyanya Mas Joko.
memang agak sakit sih Mas.. soalnya punyamu lebih besar
daripada punyanya Mas Joko.
Tapi, habis itu rasanya enak
sekali. Padat rasanya punyaku dan terasa punyamu
menggesek seluruh dinding kemaluanku” sambung Nina. “Nah,
pas mas sudah keluar, aku kan buru-buru pergi ke kamar
mandi dan agak lama di sana. Waktu itu, di kamar mandi
aku menuntaskan apa yang belum mas tuntaskan.” kata Nina
lagi. “Sorry deh Nin, abis waktu itu rasanya enak banget
dan aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan
isteriku” kataku.
“Mengenai permintaanku tadi bagaimana Mas?” tanya
Nina. “Bagaimana caranya dong, kita bisa berhubungan
tanpa sepengetahuan Joko?” tanyaku.
sekali. Padat rasanya punyaku dan terasa punyamu
menggesek seluruh dinding kemaluanku” sambung Nina. “Nah,
pas mas sudah keluar, aku kan buru-buru pergi ke kamar
mandi dan agak lama di sana. Waktu itu, di kamar mandi
aku menuntaskan apa yang belum mas tuntaskan.” kata Nina
lagi. “Sorry deh Nin, abis waktu itu rasanya enak banget
dan aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan
isteriku” kataku.
“Mengenai permintaanku tadi bagaimana Mas?” tanya
Nina. “Bagaimana caranya dong, kita bisa berhubungan
tanpa sepengetahuan Joko?” tanyaku.
“Begini Mas,
kebetulan aku minggu depan ditugaskan ke Bandung
sendirian. Mas bisa menemui aku di Bandung kalau mau.”
kata Nina. Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu di
Bandung.
kebetulan aku minggu depan ditugaskan ke Bandung
sendirian. Mas bisa menemui aku di Bandung kalau mau.”
kata Nina. Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu di
Bandung.
Setibanya di Bandung, nanti Nina akan
menghubungiku via handphone untuk memberitahukan ia
menginap di mana dan di kamar berapa.
Minggu depannya, setelah menerima telepon dari Nina,
jam 9 malam kutekan bel pintu kamarnya di hotel. Dengan
hanya mengenakan daster dan rambut terikat ke atas Nina
membuka pintu kamarnya. Bagaikan sepasang kekasih yang
sudah lama tidak bertemu, kami langsung berpelukan dan
berciuman segera setelah pintu kamar ditutup. Kutekan
tubuh Nina ke dinding, dan kugerayangi tubuhnya dengan
tetap tidak melepaskan ciuman kami. Karena tidak tahan,
segera kubopong Nina ke tempat tidur dan kemudian
kutindih dia dan terus kumesrai. “Mas … mas … stop
dulu dong … ” pinta Nina tersengal-sengal. “Kenapa Nin
?” tanyaku. “Mas ini ahh… baru datang langsung ganas
saja. Minum dulu kek atau lepas sepatu dulu kek” kata
Nina sambil bangkit lalu bersimpuh dihadapanku yang duduk
di tempat tidur. Nina kemudian dengan lembut membuka
sepatu dan kaus kakiku. Kemudian ia mengambilkan sandal
kamar yang disediakan oleh hotel dan memasangkannya ke
kakiku. Aku tersentuh dengan perlakuan Nina tersebut. Aku
belum pernah diperlakukan demikian oleh isteriku. “Aku
ambilkan minum dulu ya” kata Nina seraya berjalan ke arah
kulkas. Kemudian aku pindah duduk di kursi yang ada di
kamar itu. Nina meletakkan jus jeruk di meja sambil
mencubit tanganku dengan genit. Kurengkuh tubuh Nina,
tapi dia mengelak dan duduk di depan meja rias. Kuteguk
minuman yang disediakan Nina, sambil memandangi Nina yang
sedang menyisir rambutnya yang berantakan karena
serbuanku tadi.
Setelah membuka keran bathtub, kemudian Nina mengikat
kembali rambutnya di depan kaca di kamar mandi tersebut.
Kupeluk tubuhnya dari belakang. Kuraba-raba kedua
payudaranya dari belakang, terkadang kuremas lembut.
Sementara tangan kiriku tetap di dadanya, tangan kananku
turun merambat hingga di selangkangannya, kuusap-usap
daerah kemaluannya, diselingi dengan tekanan-tekanan
lembut berputar. Nina mulai mendesah-desah, tubuhnya
mulai menggeliat-geliat. Mendapat respons demikian, aku
menjadi semakin semangat. Kemudian dengan ganas kucium
tengkuknya, kadang-kadang menggesesr ke sekitar
kupingnya. Desahan dan geliatan Nina semakin menjadi-
jadi. Aku makin bertambah semangat lagi, dan tanpa
kusadari remasan tanganku baik pada payudaranya maupun
selangkangannya semakin menggebu-gebu. Aku tidak tahan
lagi dan kukatakan pada Nina “Nin … aku masukin ya
sebelum kita mandi”. Nina mengangguk perlahan.
menghubungiku via handphone untuk memberitahukan ia
menginap di mana dan di kamar berapa.
Minggu depannya, setelah menerima telepon dari Nina,
jam 9 malam kutekan bel pintu kamarnya di hotel. Dengan
hanya mengenakan daster dan rambut terikat ke atas Nina
membuka pintu kamarnya. Bagaikan sepasang kekasih yang
sudah lama tidak bertemu, kami langsung berpelukan dan
berciuman segera setelah pintu kamar ditutup. Kutekan
tubuh Nina ke dinding, dan kugerayangi tubuhnya dengan
tetap tidak melepaskan ciuman kami. Karena tidak tahan,
segera kubopong Nina ke tempat tidur dan kemudian
kutindih dia dan terus kumesrai. “Mas … mas … stop
dulu dong … ” pinta Nina tersengal-sengal. “Kenapa Nin
?” tanyaku. “Mas ini ahh… baru datang langsung ganas
saja. Minum dulu kek atau lepas sepatu dulu kek” kata
Nina sambil bangkit lalu bersimpuh dihadapanku yang duduk
di tempat tidur. Nina kemudian dengan lembut membuka
sepatu dan kaus kakiku. Kemudian ia mengambilkan sandal
kamar yang disediakan oleh hotel dan memasangkannya ke
kakiku. Aku tersentuh dengan perlakuan Nina tersebut. Aku
belum pernah diperlakukan demikian oleh isteriku. “Aku
ambilkan minum dulu ya” kata Nina seraya berjalan ke arah
kulkas. Kemudian aku pindah duduk di kursi yang ada di
kamar itu. Nina meletakkan jus jeruk di meja sambil
mencubit tanganku dengan genit. Kurengkuh tubuh Nina,
tapi dia mengelak dan duduk di depan meja rias. Kuteguk
minuman yang disediakan Nina, sambil memandangi Nina yang
sedang menyisir rambutnya yang berantakan karena
serbuanku tadi.
Setelah membuka keran bathtub, kemudian Nina mengikat
kembali rambutnya di depan kaca di kamar mandi tersebut.
Kupeluk tubuhnya dari belakang. Kuraba-raba kedua
payudaranya dari belakang, terkadang kuremas lembut.
Sementara tangan kiriku tetap di dadanya, tangan kananku
turun merambat hingga di selangkangannya, kuusap-usap
daerah kemaluannya, diselingi dengan tekanan-tekanan
lembut berputar. Nina mulai mendesah-desah, tubuhnya
mulai menggeliat-geliat. Mendapat respons demikian, aku
menjadi semakin semangat. Kemudian dengan ganas kucium
tengkuknya, kadang-kadang menggesesr ke sekitar
kupingnya. Desahan dan geliatan Nina semakin menjadi-
jadi. Aku makin bertambah semangat lagi, dan tanpa
kusadari remasan tanganku baik pada payudaranya maupun
selangkangannya semakin menggebu-gebu. Aku tidak tahan
lagi dan kukatakan pada Nina “Nin … aku masukin ya
sebelum kita mandi”. Nina mengangguk perlahan.
Dengan cepat kulepaskan baju dan celanaku serta
celana dalamku. Habis itu, kusingkap daster Nina ke atas,
dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Lalu kutempelkan
kemaluanku yang dari tempat tidur tadi sudah tegang ku
belahan pantatnya, sehingga menyentuh bbir kemaluannya.
Dengan gerakan pelan kugesekkan kemaluanku ke
selangkangan Nina. Terasa hangat dan lembut. Pada posisi
ini, walaupun belum masuk ke vaginanya, aku sudah
merasakan jepitan pada kemaluanku. Mungkin itu jepitan
pahanya, tetapi mungkin juga jepitan dari bibir
kemaluannya.
celana dalamku. Habis itu, kusingkap daster Nina ke atas,
dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Lalu kutempelkan
kemaluanku yang dari tempat tidur tadi sudah tegang ku
belahan pantatnya, sehingga menyentuh bbir kemaluannya.
Dengan gerakan pelan kugesekkan kemaluanku ke
selangkangan Nina. Terasa hangat dan lembut. Pada posisi
ini, walaupun belum masuk ke vaginanya, aku sudah
merasakan jepitan pada kemaluanku. Mungkin itu jepitan
pahanya, tetapi mungkin juga jepitan dari bibir
kemaluannya.
Sementara itu, kedua payudara Nina terus
kuremas-remas. Kulirik ke kaca di depan kami, kepala Nina
hanya tertunduk saja, aku tidak dapat melihat wajahnya.
Sesekali kulihat kepalanya menggeleng ke kiri dan ke
kanan. Sesekali terdengar rintihannya “Masssssssssss,
shhhhhhhhh, shhhhhhh aduhhhhhh, ahhhhhhhhh …”. Setelah
kurasakan kemaluan Nina sudah mulai cukup basah, kupegang
kemaluanku dan kuarahkan ke vagina Nina. Secara perlahan
aku dorong kemaluan aku memasuki kemaluan Nina. “Aaawww
.asshhh” jerit Nina perlahan ketika kepala kemaluan aku
mulai masuk. Kutarik sedikit dan kemudian kutekan lagi
sehingga hampir seluruh kemaluanku masuk ke kemaluan
Nina. Setelah kudiamkan sebentar, kemudian aku mulai
menggerakkan kemaluanku maju mundur ke kemaluan Nina.
kuremas-remas. Kulirik ke kaca di depan kami, kepala Nina
hanya tertunduk saja, aku tidak dapat melihat wajahnya.
Sesekali kulihat kepalanya menggeleng ke kiri dan ke
kanan. Sesekali terdengar rintihannya “Masssssssssss,
shhhhhhhhh, shhhhhhh aduhhhhhh, ahhhhhhhhh …”. Setelah
kurasakan kemaluan Nina sudah mulai cukup basah, kupegang
kemaluanku dan kuarahkan ke vagina Nina. Secara perlahan
aku dorong kemaluan aku memasuki kemaluan Nina. “Aaawww
.asshhh” jerit Nina perlahan ketika kepala kemaluan aku
mulai masuk. Kutarik sedikit dan kemudian kutekan lagi
sehingga hampir seluruh kemaluanku masuk ke kemaluan
Nina. Setelah kudiamkan sebentar, kemudian aku mulai
menggerakkan kemaluanku maju mundur ke kemaluan Nina.
Desahan dan erangan Nina semakin sering terdengar. Ketika
kepala Nina mendongak ke belakang ke arahku, kulirik kaca
di depan kami, terlihat wajah Nina memerah dengan mata
terpejam. Suatu pemandangan yang sangat merangsang.
Kuteruskan gerakan-gerakanku dan karena nikmatnya, aku
tidak tahan lagi dan akhirnya dengan jeritan tertahan
kumuntahkan air maniku di dalam kemaluan Nina. Nina
menggeliat-geliat resah karena setelah eyakulasi,
gerakanku menjadi terhenti. “Mass .. aku belum nih ….
rasanya menggantung ….. ” kata Nina seakan-akan protes
dengan apa yang baru saja terjadi.
kepala Nina mendongak ke belakang ke arahku, kulirik kaca
di depan kami, terlihat wajah Nina memerah dengan mata
terpejam. Suatu pemandangan yang sangat merangsang.
Kuteruskan gerakan-gerakanku dan karena nikmatnya, aku
tidak tahan lagi dan akhirnya dengan jeritan tertahan
kumuntahkan air maniku di dalam kemaluan Nina. Nina
menggeliat-geliat resah karena setelah eyakulasi,
gerakanku menjadi terhenti. “Mass .. aku belum nih ….
rasanya menggantung ….. ” kata Nina seakan-akan protes
dengan apa yang baru saja terjadi.
“Maaf deh Nin …. enak banget sih” kataku. “Sini aku
bantuin supaya kamu tuntas” sambungku lagi sambil menarik
tubuh Nina ke arah bathtub. Kemudian kami berdua masuk ke
dalam bathtub dalam posisi aku duduk di belakang Nina.
Tangan kiriku mulai kembali meraba-raba payudara Nina,
sedangkan tangan kananku berputar-putar menggerayangi
kemaluannya di dalam air. “Shhh oohhhh ..ahhh !!” kembali
terdengar bunyi-bunyian dari mulut Nina. Secara perlahan,
tubuh kami mulai setengah terbaring, dengan posisi
tubuhku bersandar pada ujung bathtub, sedangkan tubuh
Nina bersandar di tubuhku. Mulutku juga aktif menciumi
leher dan telinga Nina. Setelah beberapa lama kemudian
kurasakan tubuh Nina mulai menegang dan tanganku mulai
terjepit agak keras oleh kedua pangkal pahanya.
Kuteruskan gerakan-gerakanku, sampai akhirnya kudengar
jeritan tertahan “massss, acccchhhhhhh …… ” disertai
dengan jepitan yang sangat keras pada tangan kananku. Aku
bantuin supaya kamu tuntas” sambungku lagi sambil menarik
tubuh Nina ke arah bathtub. Kemudian kami berdua masuk ke
dalam bathtub dalam posisi aku duduk di belakang Nina.
Tangan kiriku mulai kembali meraba-raba payudara Nina,
sedangkan tangan kananku berputar-putar menggerayangi
kemaluannya di dalam air. “Shhh oohhhh ..ahhh !!” kembali
terdengar bunyi-bunyian dari mulut Nina. Secara perlahan,
tubuh kami mulai setengah terbaring, dengan posisi
tubuhku bersandar pada ujung bathtub, sedangkan tubuh
Nina bersandar di tubuhku. Mulutku juga aktif menciumi
leher dan telinga Nina. Setelah beberapa lama kemudian
kurasakan tubuh Nina mulai menegang dan tanganku mulai
terjepit agak keras oleh kedua pangkal pahanya.
Kuteruskan gerakan-gerakanku, sampai akhirnya kudengar
jeritan tertahan “massss, acccchhhhhhh …… ” disertai
dengan jepitan yang sangat keras pada tangan kananku. Aku
menduga bahwa Nina sedang mencapai orgasme, dan ternyata
memang benar. Secara perlahan-lahan tubuh Nina yang
tadinya sangat tegang mulai mengendur dan rileks di
pelukanku. “Ma kasih ya mas ” kata Nina singkat. Sejenak
kami terdiam, dan setelah beberapa lama kemudian kami
mulai mandi, dengan saling menggosok tubuh kami satu sama
lainnya.
memang benar. Secara perlahan-lahan tubuh Nina yang
tadinya sangat tegang mulai mengendur dan rileks di
pelukanku. “Ma kasih ya mas ” kata Nina singkat. Sejenak
kami terdiam, dan setelah beberapa lama kemudian kami
mulai mandi, dengan saling menggosok tubuh kami satu sama
lainnya.
Setelah mandi, sambil berbaring berpelukan di tempat
tidur, kami membicarakan beberapa hal. Nina banyak
bercerita tentang hubungannya dengan Joko. Setelah
beberapa lama kemudian kembali kami memadu nafsu kami di
ranjang hotel yang sempit itu, sampai akhirnya kami
tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Keesokan paginya,
sebelum aku kembali ke Jakarta, kami sempat berhubungan
sekali lagi. Nina mengemukakan bahwa ada satu pengalaman
baru yang ia alami selama dua hari kami berhubungan,
yakni untuk pertama kalinya ia merasakan nikmatnya
kemaluannya diciumi. Menurut Nina, Joko tidak pernah mau
tidur, kami membicarakan beberapa hal. Nina banyak
bercerita tentang hubungannya dengan Joko. Setelah
beberapa lama kemudian kembali kami memadu nafsu kami di
ranjang hotel yang sempit itu, sampai akhirnya kami
tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Keesokan paginya,
sebelum aku kembali ke Jakarta, kami sempat berhubungan
sekali lagi. Nina mengemukakan bahwa ada satu pengalaman
baru yang ia alami selama dua hari kami berhubungan,
yakni untuk pertama kalinya ia merasakan nikmatnya
kemaluannya diciumi. Menurut Nina, Joko tidak pernah mau
menciumi kemaluannya, tapi sering meminta Nina untuk
menciumi kemaluan Joko.
menciumi kemaluan Joko.
Seminggu setelah kejadian di Bandung tersebut, Joko
menelepon dan meminta kesediaanku untuk mencoba lagi
berhubungan dengan Nina. Seakan belum terjadi apa-apa,
aku mensyaratkan kepada Joko agar aku mencoba dulu
berhubungan dengan Nina tanpa dia di sekitar kami. Dengan
agak berat hati, Joko menyetujui syaratku itu. Belum tahu
saja dia … bahwa aku dengan Nina sudah cukup akrab,
bahkan sejak pulang dari Bandung, hampir tiap hari kami
berhubungan melalui telepon.
menelepon dan meminta kesediaanku untuk mencoba lagi
berhubungan dengan Nina. Seakan belum terjadi apa-apa,
aku mensyaratkan kepada Joko agar aku mencoba dulu
berhubungan dengan Nina tanpa dia di sekitar kami. Dengan
agak berat hati, Joko menyetujui syaratku itu. Belum tahu
saja dia … bahwa aku dengan Nina sudah cukup akrab,
bahkan sejak pulang dari Bandung, hampir tiap hari kami
berhubungan melalui telepon.
Pada hari yang telah kami sepakati, Joko pamit ingin
jalan-jalan setelah kami selesai makan malam di rumah
Joko. Sepeninggal Joko, Nina menghambur ke pelukanku
seraya mengungkapkan bahwa ia kangen sekali, sampai-
sampai hampir tiap hari ia bermasturbasi sambil mengingat-
ingat kejadian di Bandung. Kugendong tubuh Nina ke kamar
dimana kami untuk pertama kalinya bersetubuh. Sesampainya
di kamar itu, kubaringkan tubuh Nina di tempat tidur
dengan langsung menindih, menciumi dan meraba-raba
tubuhnya.
jalan-jalan setelah kami selesai makan malam di rumah
Joko. Sepeninggal Joko, Nina menghambur ke pelukanku
seraya mengungkapkan bahwa ia kangen sekali, sampai-
sampai hampir tiap hari ia bermasturbasi sambil mengingat-
ingat kejadian di Bandung. Kugendong tubuh Nina ke kamar
dimana kami untuk pertama kalinya bersetubuh. Sesampainya
di kamar itu, kubaringkan tubuh Nina di tempat tidur
dengan langsung menindih, menciumi dan meraba-raba
tubuhnya.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba meronta-ronta
dan kemudian bangkit duduk. Belum hilang rasa terkejut
dan bingungku, tiba-tiba lagi kemudian Nina mendorong
tubuhku hingga terbaring dan dengan cepat membukai
kancing bajuku dan kemudian melepaskan celana panjang dan
celana dalamku. Setelah itu ia dengan agresif mulai
menciumiku. Mulai bibir, kuping, merembet ke leher dan
dada. Bahkan Nina cukup lama menciumi dan mengulum
putingku. Geli-geli enak rasanya.
Dari dada, ciuman Nina merambat ke perut dan kemudian
ke pangkal paha. Berbeda dari perkiraan dan harapanku,
dari pangkal paha, ciuman Nina tidak menyentuh
kemaluanku. Padahal aku ingin sekali agar kemaluanku
dicium atau setidak-tidaknya diraba oleh Nina.
dan kemudian bangkit duduk. Belum hilang rasa terkejut
dan bingungku, tiba-tiba lagi kemudian Nina mendorong
tubuhku hingga terbaring dan dengan cepat membukai
kancing bajuku dan kemudian melepaskan celana panjang dan
celana dalamku. Setelah itu ia dengan agresif mulai
menciumiku. Mulai bibir, kuping, merembet ke leher dan
dada. Bahkan Nina cukup lama menciumi dan mengulum
putingku. Geli-geli enak rasanya.
Dari dada, ciuman Nina merambat ke perut dan kemudian
ke pangkal paha. Berbeda dari perkiraan dan harapanku,
dari pangkal paha, ciuman Nina tidak menyentuh
kemaluanku. Padahal aku ingin sekali agar kemaluanku
dicium atau setidak-tidaknya diraba oleh Nina.
Ketika
ciuman Nina mulai turun, aku sebenarnya secara tidak
sadar sudah menarik kepala Nina agar berada tepat di
tengah selangkanganku. Tetapi, tampaknya Nina tidak
memenuhi keinginanku itu.
ciuman Nina mulai turun, aku sebenarnya secara tidak
sadar sudah menarik kepala Nina agar berada tepat di
tengah selangkanganku. Tetapi, tampaknya Nina tidak
memenuhi keinginanku itu.
Bibir dan lidah Nina terus
merembet ke bawah, ke bagian dalam dari paha kananku
sampai ke dengkul, termasuk ke bagian belakang dari
dengkul. Di bagian belakang dengkul ini, kurasakan lidah
Nina menyapu-nyapu. Nikmat dan menggoda rasanya, karena
sebelumnya aku belum pernah merasakan hal itu. aku
hanya dapat mendesah dan menahan napas saja. Dari dengkul
kanan, Nina pindah ke dengkul kiri, dengan melakukan hal
yang sama. Secara perlahan kemudian merambat ke atas, ke
bagian dalam paha kiriku, kemudian ke pangkal paha. “Nin
…. Ayo dong” pintaku. Nina rupanya memang sengaja ingin
menggodaku. Agak berlama-lama ia menciumi pangkal pahaku,
dan bahkan kemudian turun lagi ke bawah. “Nin …. Please
….” pintaku lagi. Nina tidak juga segera memenuhi
merembet ke bawah, ke bagian dalam dari paha kananku
sampai ke dengkul, termasuk ke bagian belakang dari
dengkul. Di bagian belakang dengkul ini, kurasakan lidah
Nina menyapu-nyapu. Nikmat dan menggoda rasanya, karena
sebelumnya aku belum pernah merasakan hal itu. aku
hanya dapat mendesah dan menahan napas saja. Dari dengkul
kanan, Nina pindah ke dengkul kiri, dengan melakukan hal
yang sama. Secara perlahan kemudian merambat ke atas, ke
bagian dalam paha kiriku, kemudian ke pangkal paha. “Nin
…. Ayo dong” pintaku. Nina rupanya memang sengaja ingin
menggodaku. Agak berlama-lama ia menciumi pangkal pahaku,
dan bahkan kemudian turun lagi ke bawah. “Nin …. Please
….” pintaku lagi. Nina tidak juga segera memenuhi
permintaanku, tetapi ia kemudian mulai menciumi bagian
bawah kantung kemaluanku. Lumayanlah …. Batinku dalam
hati. Dan akhirnya, Nina mulai menciumi kemaluanku dari
samping, baik kiri maupun kanan, tetapi kepala kemaluanku
belum dijamahnya. Akhirnya, dengan sentakan yang cukup
keras, kutarik kepala Nina hingga mulutnya menyentuh
kepala kemaluanku. Mulailah ia mencium, menghisap dan
menyedot kemaluanku ….. hingga pada akhirnya kemaluanku
memuncratkan isinya. Aku agak terkejut sekaligus terharu
ketika Nina, menampun air maniku dimulutnya, bahkan
menelannya. Jangankan menelan, untuk sekedar menciumi
bawah kantung kemaluanku. Lumayanlah …. Batinku dalam
hati. Dan akhirnya, Nina mulai menciumi kemaluanku dari
samping, baik kiri maupun kanan, tetapi kepala kemaluanku
belum dijamahnya. Akhirnya, dengan sentakan yang cukup
keras, kutarik kepala Nina hingga mulutnya menyentuh
kepala kemaluanku. Mulailah ia mencium, menghisap dan
menyedot kemaluanku ….. hingga pada akhirnya kemaluanku
memuncratkan isinya. Aku agak terkejut sekaligus terharu
ketika Nina, menampun air maniku dimulutnya, bahkan
menelannya. Jangankan menelan, untuk sekedar menciumi
kemaluanku saja, isteriku sangat jarang. Hitungannya
masih bisa dihitung dengan jumlah jari dalam satu tangan.
Jijik dan tidak pantas kata isteriku. Terus terang, aku
merasa tersanjung waktu Nina menelan air maniku. Nina
….. Nina …..
“Tadi kamu ngeledek aku ya Nin …. ” kataku. “Orang
sudah pengen banget .. eh malah turun ke dengkul lagi ”
lanjutku lagi. Nina tertawa kecil dan kemudian berkata
“Tapi enak kan …” dengan yakin. “Uueenakk buaanget …
” jawabku. “Kamu tidak jijik Nin menelan maniku?”
lanjutku bertanya. “Biasanya sih iya” kata Nina, “tapi
tadi aku tidak sadar dan tidak merasa jijik, malah aku
juga ikut menikmatinya sepenuh hati” kata Nina. Dalam
hati aku membenarkan perkataan Nina. Ketika dimesrai Nina
tadi, aku merasakan pelayanan dan penyerahan yang total
dari Nina, bahkan tidak memperdulikan badanku yang belum
mandi, karena tadi aku langsung dari kantor ke tempat
ini. Suatu ketotalan yang bahkan rasanya belum pernah aku
dapatkan dalam berhubungan dengan isteriku. “Biasanya aku
menolak jika Mas Joko mau mengeluarkan maninya di
mulutku, apalagi menelannya” sambung Nina di tengah
lamunanku. “Ma kasih ya Nin” kataku sambil mengelus-elus
tubuhnya. “Aku juga mas” kata Nina. “Anggap saja itu
sebagai imbalan dari pengalaman baru yang Mas berikan di
Bandung waktu itu” kata Nina.
masih bisa dihitung dengan jumlah jari dalam satu tangan.
Jijik dan tidak pantas kata isteriku. Terus terang, aku
merasa tersanjung waktu Nina menelan air maniku. Nina
….. Nina …..
“Tadi kamu ngeledek aku ya Nin …. ” kataku. “Orang
sudah pengen banget .. eh malah turun ke dengkul lagi ”
lanjutku lagi. Nina tertawa kecil dan kemudian berkata
“Tapi enak kan …” dengan yakin. “Uueenakk buaanget …
” jawabku. “Kamu tidak jijik Nin menelan maniku?”
lanjutku bertanya. “Biasanya sih iya” kata Nina, “tapi
tadi aku tidak sadar dan tidak merasa jijik, malah aku
juga ikut menikmatinya sepenuh hati” kata Nina. Dalam
hati aku membenarkan perkataan Nina. Ketika dimesrai Nina
tadi, aku merasakan pelayanan dan penyerahan yang total
dari Nina, bahkan tidak memperdulikan badanku yang belum
mandi, karena tadi aku langsung dari kantor ke tempat
ini. Suatu ketotalan yang bahkan rasanya belum pernah aku
dapatkan dalam berhubungan dengan isteriku. “Biasanya aku
menolak jika Mas Joko mau mengeluarkan maninya di
mulutku, apalagi menelannya” sambung Nina di tengah
lamunanku. “Ma kasih ya Nin” kataku sambil mengelus-elus
tubuhnya. “Aku juga mas” kata Nina. “Anggap saja itu
sebagai imbalan dari pengalaman baru yang Mas berikan di
Bandung waktu itu” kata Nina.
“Ya mana Nin?” tanyaku
sambil sekali-kali memberikan kecupan ringan di pipi dan
kupingnya. “Itu lho, yang punyaku Mas ciumin. Itu kan
juga sebelumnya aku tidak pernah mengalaminya” jawab Nina
sambil membalas elusanku, dengan mengelus-elus dadaku.
sambil sekali-kali memberikan kecupan ringan di pipi dan
kupingnya. “Itu lho, yang punyaku Mas ciumin. Itu kan
juga sebelumnya aku tidak pernah mengalaminya” jawab Nina
sambil membalas elusanku, dengan mengelus-elus dadaku.
Kecupan-kecupan ringan terus kulakukan di wajah dan
kuping Nina. Bahkan aku mulai merembet turun ke leher,
dada, perut … dan akhirnya kubalas apa yang Nina
lakukan padaku. Ketika aku menciumi kemaluannya, Nina
membalikkan arah tubuhnya, sehingga kami bisa saling
meciumi kemaluan satu sama lainnya. Kadang-kadang Nina
berhenti mencium, ia hanya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Aku mengira ia sedang menikmati rangsangan-rangsangan
yang kuberikan. Pada posisi itu, entah berapa kali Nina
kuping Nina. Bahkan aku mulai merembet turun ke leher,
dada, perut … dan akhirnya kubalas apa yang Nina
lakukan padaku. Ketika aku menciumi kemaluannya, Nina
membalikkan arah tubuhnya, sehingga kami bisa saling
meciumi kemaluan satu sama lainnya. Kadang-kadang Nina
berhenti mencium, ia hanya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Aku mengira ia sedang menikmati rangsangan-rangsangan
yang kuberikan. Pada posisi itu, entah berapa kali Nina
mengalami orgasme aku tidak tahu persis. Tetapi, aku
merasa setidaknya tubuh Nina sempat meregang-regang
secara ritmis sebanyak dua kali. Karena kemaluanku sudah
tegang, akhirnya kubalikkan tubuhku dan kumasukkan
kemaluanku ke kemaluan Nina. Kugerakkan pinggulku turun
naik. Sampai akhirnya aku eyakulasi di dalam kemaluan
Nina.
Di tengah perbincangan kami setelah permainan yang
melelahkan tersebut, Joko datang dan langsung masuk
kamar. Ia menanyakan bagaimana keadaan kami. Aku
mengatakan bahwa kami sudah berhasil melakukan intim.
Kemudian Joko meminta kami untuk bermain lagi. Tetapi,
entah kenapa, saat itu kemaluanku tidak lagi dapat
berdiri tegak. Setelah dicoba beberapa lam, tetap tidak
dapat tegak walaupun terkadang dapat agak membesar. Boleh
jadi, hal itu disebabkan karena aku sudah dua kali
mencapai kepuasan malam itu. Boleh jadi juga karena
merasa setidaknya tubuh Nina sempat meregang-regang
secara ritmis sebanyak dua kali. Karena kemaluanku sudah
tegang, akhirnya kubalikkan tubuhku dan kumasukkan
kemaluanku ke kemaluan Nina. Kugerakkan pinggulku turun
naik. Sampai akhirnya aku eyakulasi di dalam kemaluan
Nina.
Di tengah perbincangan kami setelah permainan yang
melelahkan tersebut, Joko datang dan langsung masuk
kamar. Ia menanyakan bagaimana keadaan kami. Aku
mengatakan bahwa kami sudah berhasil melakukan intim.
Kemudian Joko meminta kami untuk bermain lagi. Tetapi,
entah kenapa, saat itu kemaluanku tidak lagi dapat
berdiri tegak. Setelah dicoba beberapa lam, tetap tidak
dapat tegak walaupun terkadang dapat agak membesar. Boleh
jadi, hal itu disebabkan karena aku sudah dua kali
mencapai kepuasan malam itu. Boleh jadi juga karena
keberadaan Joko mengurangi nafsu aku dan Nina. Joko
terlihat sedikit kecewa ketika kukenakan pakaianku dan
pamit pulang.
terlihat sedikit kecewa ketika kukenakan pakaianku dan
pamit pulang.
Keesokan siangnya Nina meneleponku di kantor. Dengan
terisak ia bercerita bahwa ia dan Joko baru saja
bertengkar hebat. Tanpa kami sadari, rupanya Joko merekam
dengan kamera video apa yang kami lakukan di kamar ketika
ia pergi. Melalui hasil rekaman itulah Joko mengetahui
apa yang kami lakukan di kamar itu. Joko sangat marah,
karena ketika ia tidak ada kami dapat berhubungan
sedemikian panas dan binal. Nina menceritakan bahwa Joko
juga mengungkit-ungkit beberapa hal yang tidak pernah
Nina lakukan padanya.
terisak ia bercerita bahwa ia dan Joko baru saja
bertengkar hebat. Tanpa kami sadari, rupanya Joko merekam
dengan kamera video apa yang kami lakukan di kamar ketika
ia pergi. Melalui hasil rekaman itulah Joko mengetahui
apa yang kami lakukan di kamar itu. Joko sangat marah,
karena ketika ia tidak ada kami dapat berhubungan
sedemikian panas dan binal. Nina menceritakan bahwa Joko
juga mengungkit-ungkit beberapa hal yang tidak pernah
Nina lakukan padanya.
Khususnya karena Nina mau menerima
air maniku di mulutnya bahkan menelannya, serta Nina
bersedia menciumi kemaluanku setelah kemaluan tersebut
masuk ke dalam kemaluan Nina. “Sialan …” kataku dalam
hati. “Suka ngintip dan merekam, eh koq tidak sadar kalau
direkam”.
Kuberikan beberapa saran praktis untuk Nina saat itu,
sambil membuat janji untuk bertemu pada siang hari.
air maniku di mulutnya bahkan menelannya, serta Nina
bersedia menciumi kemaluanku setelah kemaluan tersebut
masuk ke dalam kemaluan Nina. “Sialan …” kataku dalam
hati. “Suka ngintip dan merekam, eh koq tidak sadar kalau
direkam”.
Kuberikan beberapa saran praktis untuk Nina saat itu,
sambil membuat janji untuk bertemu pada siang hari.
Setelah kejadian itu, Joko tidak pernah menghubungiku
atau meminta tolong lagi padaku. Tetapi, kadang-kadang
aku masih berhubungan intim dengan Nina. Entah itu di
hotel, di villa keluarga kami, bahkan pernah juga di
rumah Joko ketika ia bertugas ke anjungan minyak.
Diilhami dengan apa yang dilakukan Joko, dalam berbagai
kesempatan aku juga mencoba merekam permainanku dengan
Nina
atau meminta tolong lagi padaku. Tetapi, kadang-kadang
aku masih berhubungan intim dengan Nina. Entah itu di
hotel, di villa keluarga kami, bahkan pernah juga di
rumah Joko ketika ia bertugas ke anjungan minyak.
Diilhami dengan apa yang dilakukan Joko, dalam berbagai
kesempatan aku juga mencoba merekam permainanku dengan
Nina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar